Surabaya, CNN Indonesia –
NR (36), seorang pengasuh anak di Surabaya, Jawa, rupanya menggunakan obat penggemuk badan yang diberikan bidan kepada bayi berusia dua tahun untuk merawatnya. Kedua obat tersebut adalah siproheptadin dan deksametason.
Dirreskrimum Polda Jatim Kombes Farman mengatakan, hal itu terungkap dari pengenalan tersangka. Ia mengatakan, teman-temannya yang berprofesi biasanya melakukan pekerjaan memberikan obat.
“Saat diperiksa, pelaku mengaku obat penggemuk badan tersebut biasanya dibuat oleh teman pelaku yang berprofesi sebagai pelaku,” kata Farman di Mapolda Jatim, Selasa (15/10).
Farman menjelaskan, pelaku melakukan hal tersebut agar anak asuhnya cepat bertambah berat badannya. Hal itu dibuktikan oleh seorang anak berusia dua tahun tiga bulan dengan berat badan 19,5 kg.
“Hal ini terjadi setelah korban jatuh sakit dan dokter menyatakan korban mengalami kelebihan berat badan atau obesitas,” jelas Farman.
Farman mengatakan pihaknya akan mendalami masalah tersebut. Dia juga tidak menutup kemungkinan akan menambah tersangka baru. Risiko obat obesitas pada anak kecil
Sjamsul Arif, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jawa Timur (Jatim), menjelaskan obat yang diberikan NR kepada korban memiliki risiko yang sangat serius. Selanjutnya siproheptadine pronisi dan deksametason digunakan dalam jangka waktu yang lama, yakni satu tahun.
“Jika diberikan pada bayi dalam jangka waktu lama, risikonya sangat serius,” kata Shamsul.
Ia kemudian menjelaskan, Cyproheptadine Prunesi merupakan obat alergi kulit, gatal-gatal atau batuk alergi. Diketahui bahwa obat ini dapat digunakan pada anak di atas usia satu tahun.
Ditegaskannya, “Tapi berapa dosisnya dan jangka waktu berapa yang harus diberikan? Kecuali diabetes atau yang lainnya, tidak diberikan selama satu tahun. Harus dibatasi.”
Sementara itu, kata dia, deksametason merupakan obat yang menekan respon imun pada orang dengan sistem imun yang terlalu aktif. Diakuinya, obat ini bisa diberikan pada anak dengan usia tertentu jika ada indikasi.
“Bisa diberikan pada penderita lupus yang memiliki reaksi imun alergi. Salah satu obat ini bisa diberikan pada anak usia 2-3 bulan, maksimal dua minggu dan maksimal satu bulan.”
Shamsul mengatakan, obat-obatan tersebut perlu diminum dengan resep dokter. Penggunaan obat menimbulkan risiko bagi anak-anak sehingga tidak boleh dijual bebas.
“Diberikan deksametason akan menyebabkan ketidakseimbangan metabolisme, retensi garam dan air, serta anak terlihat gemuk. Daya tahan tubuh rendah dan mudah terkena infeksi,” kata Shamsul.
Obat ini mempunyai efek negatif pada tubuh. Antara lain membuat tulang menjadi sangat keropos dan mudah patah.
“Dexamethasone menyebabkan pengeroposan tulang, itu bukan hal yang baik. Menyebabkan patah tulang patologis, tulang mudah patah. Itu efek sampingnya,” ujarnya.
Para orang tua juga diimbau untuk tidak mudah memberikan obat pada anak tanpa anjuran dokter.
Ia menyimpulkan, “Jika anak Anda ingin menambah berat badan, minumlah banyak susu. Ada banyak kalori dalam susu yang dapat meningkatkan sel-sel tubuh. Konsultasikan dengan dokter.”
Dulu, seorang anak berusia dua tahun diberi makan pil penggemuk badan oleh pengasuh dan pembantu rumah tangga di Surabaya. Ibu kandung anak tersebut membagikannya di media sosial.
Seorang ibu dengan pegangan @linggra.k mengatakan di Instagram bahwa kadar hormon bayinya menurun akibat diberikan obat tersebut.
Setelah obat dihentikan, anak tersebut menolak makan dan dibawa ke rumah sakit. (orang/zaman)