Jakarta, CNN Indonesia —
Konsep makan omakase banyak ditemukan di restoran Jepang di Indonesia. Tapi apa itu omakase?
Pada dasarnya, omakase adalah konsep makan di mana para tamu menyerahkan menu sepenuhnya kepada koki.
Biasanya, konsep ini menawarkan masakan musiman, elegan, artistik, dan menggunakan bahan-bahan terbaik yang tersedia.
Merujuk pada halaman panduan Michelle, omakase setara dengan layanan “kaiseki” di Jepang. Kaiseki sendiri dianggap sebagai hidangan yang sangat seremonial. Omakase berubah setiap saat di bawah kendali penuh koki.
Jika diterjemahkan secara harfiah, “omakase” berarti “Aku meninggalkanmu”.
Dalam A History of Sushi, penulis Trevor Corson menjelaskan apa itu omakase. Menurut penelitiannya, omakase adalah kata yang diucapkan tamu atau pelanggan kepada chef saat mereka duduk di restoran sushi Jepang.
“Penikmat sushi jarang memesan dari suatu menu. Secara tradisional, restoran sushi di Jepang tidak memiliki menu,” tulis Corson.
Konsep yang sama juga berlaku pada layanan omakase di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Namun karena harganya yang mahal dan “misterinya”, para tamu seringkali takut untuk menikmati hidangan ini.
Untuk mengatasi hal ini, banyak koki menetapkan harga dasar untuk layanan omakase mereka. Hal ini setidaknya memberikan gambaran kepada para tamu tentang apa yang akan mereka dapatkan.
Biasanya bahan yang digunakan sudah tersedia. Biasanya bahan dipilih berdasarkan kualitas dan musim. Artinya, penderita alergi makanan tertentu harus berhati-hati saat menikmati hidangan berkonsep omakase.
Namun, lebih dari itu, filosofi chef adalah kunci dari konsep omakase. Filosofi koki memandu makanan yang disajikan.
Namun, pengalaman omakase di setiap restoran bergantung pada filosofi dan gaya memasak masing-masing koki.
Misalnya, di Sushi Taro di Washington, DC, koki sering kali memulai dengan beberapa hidangan untuk mengetahui bagaimana perasaan pelanggan terhadap makanan yang disajikan.
Pemilik dan koki Sushi Taro, Nobu Yamazaki mengatakan, “Jika kami merasa makanan tersebut sedikit menantang, kami mencoba menawarkannya lebih banyak”.
Perhatian utama Yamazaki adalah apakah pelanggan menyukai makanannya atau tidak. Jika tidak, chef mempunyai pilihan untuk mengubah menu yang disajikan di tengah meja.
“Itu sangat tergantung pada pelanggannya,” kata Yamazaki.
Bersantap di Omakase berarti bertemu dengan koki. Mereka mengukur respons pelanggan dan menghasilkan pengalaman bersantap terbaik.
Oleh karena itu, dalam konsep omakase, sang chef dipastikan memberikan perhatian penuh kepada pelanggan. Pasalnya, konsep omakase bergantung pada kebahagiaan para tamunya.
“Jika Anda datang dengan pikiran terbuka untuk mengeksplorasi dan merasakan hal-hal baru, Anda akan menikmati hidangan omakase yang benar-benar nikmat,” tutup Yamazaki. (ashar/asar)