Jakarta, CNN Indonesia –
Israel mengumumkan pemimpin Hamas Yahya Sinwar tewas dalam serangan pasukan Zionis pada Rabu (16/10) di Rafah, Gaza.
Yahya Sinwar meninggal hanya dua bulan setelah menggantikan mantan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh yang dibunuh di Teheran, Iran.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengumumkan kematian Sinwar hanya pada hari berikutnya setelah Israel melakukan tes biometrik dan DNA.
Seorang pejabat mengatakan Sinwar tewas dalam baku tembak dengan pasukan Israel. Sementara itu, pihak militer menyatakan dia terbunuh setelah kru melepaskan tembakan dari tank.
Lagipula siapa sebenarnya Yahya Sinwar itu?
Hamas mengangkat Sinwar sebagai pemimpin mereka pada awal Agustus setelah Ismail Haniyeh terbunuh dalam serangan Israel di Iran.
Sebelum pengangkatannya, Sinwar hampir tidak pernah tampil di depan umum, bahkan ketika Israel melancarkan serangannya ke Gaza pada Oktober 2023.
Terpilihnya Sinwar, pemimpin Hamas, disebut-sebut akan mempersulit perundingan gencatan senjata karena ia dikenal blak-blakan terhadap Israel.
Sebelum dia berpindah tempat parkir, Sinwar adalah pejabat Hamas yang paling dicari Israel. Ia juga disebut sebagai pemimpin militer Hamas di Gaza.
Israel bahkan menuding Sinwar sebagai dalang serangan mendadak Hamas ke negara itu pada 7 Oktober 2023. Segera setelah serangan itu, Israel menyatakan perang dan melancarkan agresi besar-besaran ke Gaza.
Penunjukan Sinwar juga menjadi pertanda Hamas akan terus memberontak dan berperang melawan Israel.
Sejumlah pengamat juga menduga di bawah kepemimpinan Sinwar, negosiasi gencatan senjata dan pembebasan sandera menjadi semakin sulit.
Sinwar dipandang mengambil pendekatan yang lebih keras dan konfrontatif terhadap hubungan dengan Israel.
Keterlibatan Sinwar dalam kelompok ini cukup lama. Sinwar bergabung dengan Hamas pada tahun 1987.
Beberapa waktu lalu, dia bergabung dan diangkat menjadi kepala unit keamanan dalam negeri.
Berkali-kali di penjara
Memasuki penjara Israel bukanlah hal baru bagi Sinwar. Dia ditangkap berkali-kali oleh Zionis.
Setahun setelah bergabung dengan Hamas pada tahun 1988, Sinwar ditangkap dan dijatuhi hukuman empat hukuman, salah satunya adalah penjara seumur hidup.
Israel menangkapnya setelah dia dituduh menangkap dan membunuh dua tentara Zionis dan empat mata-mata Palestina.
Selama di penjara, Sinwar menghabiskan waktu belajar bahasa Ibrani. Investasi ini menjadikannya ahli dalam urusan dalam negeri Israel.
Dia kemudian dibebaskan pada tahun 2011 dalam perjanjian pertukaran tahanan dengan tentara Israel Glad Shalit.
Setelah dibebaskan, karir Sinwar bersama Hamas melejit. Pada tahun 2012, ia terpilih menjadi bagian Biro Politik yang bertugas berkoordinasi dengan Brigade Al Qassam.
Dua tahun kemudian, Sinwar mengungkap penangkapannya dan memainkan peran politik dan militer dalam serangan tujuh minggu Israel di Gaza.
Pada tahun 2015, Amerika Serikat menetapkan Sinwar sebagai teroris global. Dua tahun kemudian, dia terpilih menjadi pemimpin Hamas di Gaza. (halaman/halaman)