Jakarta, CNN Indonesia —
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) telah mengeluarkan peringatan keras kepada Israel setelah tentara Zionis menyerang pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL).
Dalam pernyataannya, Senin (14/10), Dewan Keamanan PBB menegaskan UNIFIL dan markas besar PBB tidak boleh menjadi sasaran serangan.
“Pemelihara perdamaian PBB dan kantor-kantor PBB tidak boleh menjadi sasaran,” kata Dewan Keamanan PBB dalam pernyataan yang dikutip Reuters.
Dewan Keamanan PBB juga menyerukan semua pihak yang berkonflik untuk menghormati keselamatan dan keamanan personel misi penjaga perdamaian dan markas besar PBB. Namun Dewan Keamanan PBB tidak merinci kepada siapa tekanan tersebut ditujukan.
Badan tersebut menekankan bahwa semua pihak harus sepenuhnya menerapkan Resolusi 1701 yang diadopsi pada tahun 2006 untuk menjaga perdamaian di perbatasan antara Lebanon dan Israel.
“[DK PBB] menyadari perlunya langkah-langkah praktis lebih lanjut untuk mencapai tujuan ini,” kata DK PBB dalam sebuah pernyataan.
Sejak Israel melancarkan invasi darat ke Lebanon selatan pada tanggal 1 Oktober, markas besar dan personel UNIFIL juga menjadi sasaran serangan militer.
Beberapa serangan tersebut melukai puluhan personel, tiga di antaranya adalah prajurit TNI.
UNIFIL memiliki kurang lebih 10.000 pasukan penjaga perdamaian dari berbagai negara. Sekitar 1.200 anggota UNIFIL terdiri dari prajurit TNI.
Selama dua minggu terakhir, Israel mendesak UNIFIL untuk mundur lima kilometer dari Garis Biru. Israel mengklaim milisi Hizbullah beroperasi di sekitar markas UNIFIL.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga mengatakan kepada Sekretaris Jenderal PBB António Guterres pada Minggu (13 Oktober) bahwa sekarang adalah waktu yang tepat untuk menarik pasukan UNIFIL.
Meski ada perintah tersebut, UNIFIL menegaskan akan tetap pada posisinya dan menjaga perbatasan Lebanon-Israel. (halaman/baca)