Jakarta, CNN Indonesia —
Selama sepuluh tahun memerintah di Indonesia, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah melakukan serangkaian langkah diplomatis dan konkrit dalam upaya menjaga lingkungan.
Tindakan dan kebijakan tersebut sejalan dengan kerangka Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk pembangunan berkelanjutan atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Beberapa tujuan SDGs PBB mencakup tindakan segera terhadap perubahan iklim, melindungi laut dan penggunaan sumber daya alamnya, mendorong pemanfaatan ekosistem darat secara berkelanjutan, mengelola hutan secara berkelanjutan, dan menghentikan hilangnya keanekaragaman hayati.
Dalam satu dekade terakhir, Indonesia telah menunjukkan kepedulian yang besar terhadap lingkungan hidup melalui diplomasi global dan tindakan nyata.
Peran Penting RI dalam COP
Indonesia memainkan peran penting dalam mendukung negosiasi yang tepat pada Conference of Parties (COP).
Sejumlah langkah dan kebijakan besar telah dimulai.
Salah satunya adalah Panduan Praktis Rencana Operasional Net Sink 2030 Aksi Iklim, Hutan dan Penggunaan Lahan Lainnya (FOLU) Indonesia yang merupakan hasil perundingan COP26 di Glasgow pada tahun 2021.
Pada Oktober 2021, Jokowi menerbitkan Peraturan Presiden No. 98 pada tahun 2021 dan FOLU Indonesia telah menjadikan Net Sync 2030 sebagai program nasional.
FOLU diharapkan dapat berkontribusi terhadap 60 persen target penurunan emisi gas rumah kaca Indonesia secara keseluruhan.
Pada COP28, pemerintahan Jokowi fokus untuk mempromosikan hasil utama dan tindakan iklim yang diambil oleh Indonesia.
Mengurangi deforestasi
Selain itu, Indonesia juga lebih berhasil dalam mengurangi deforestasi dibandingkan negara lain dalam beberapa tahun terakhir.
Deforestasi di Indonesia mengalami penurunan sebesar 8,4 persen pada tahun 2021-2022 dibandingkan hasil pemantauan tahun 2020-2021.
Net deforestasi Indonesia pada tahun 2021-2022 sebesar 104 ribu hektar. Sedangkan deforestasi mencapai 113,5 ribu hektar pada 2020-2021.
Berdasarkan hasil pemantauan hutan di Indonesia pada tahun 2022, total luas hutan negara akan mencapai 96 juta hektar atau 51,2 persen dari total luas daratan.
Data menunjukkan bahwa deforestasi di Indonesia sangat rendah dan kemungkinan besar akan berkelanjutan.
Pushpa, warga yang menilai hutan Indonesia masih dilindungi. Ramalan itu terungkap usai ia mendaki Gunung Tangkuban Perahu pada Sabtu (12/10) lalu.
“Masih asri. Di sana [hutannya] masih sangat terawat, sampai ke bebatuan asin dan jalan tanah,” kata Pushpa.
Ketika El Nino terjadi pada tahun 2023, Indonesia juga akan memimpin dalam hal perubahan iklim.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) CT Nurbaya Bakar mengatakan, hanya 16 persen dari seluruh kebakaran hutan dan lahan disebabkan oleh kebakaran gambut.
Dia mengatakan kebakaran tersebut tidak menimbulkan asap lintas batas untuk menjaga keamanan negara-negara tetangga.
“Capaian tersebut tidak terjadi secara autopilot, namun merupakan hasil aksi nyata melawan perubahan iklim di lapangan,” kata Siti dalam rilis resmi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada Oktober 2023. Diplomasi Mangrove
Di bawah pemerintahan Jokowi, Indonesia juga fokus pada penanaman bakau untuk mengurangi emisi karbon.
Upaya tersebut ditunjukkan pada September lalu ketika Indonesia menyambut kedatangan Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik dunia sekaligus kepala negara Vatikan.
Pemerintahan Jokowi yang diwakili Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binser Pandzaitan membawa tanaman bakau tersebut kepada Paus di Graha Pemuda, Jakarta pada Rabu (4/9).
Luhut meminta Paus mendoakan penanaman mangrove di Jakarta dan ibu kota baru Indonesia, Ibu Kota Nusantara (IKN).
“Ini akan memberikan kehidupan bagi masyarakat pesisir Indonesia dan juga mendatangkan karbon,” kata Luhut dalam pidatonya sebelum meminta doa kepada Paus.
Lalu dia berkata, “Ketika orang mengatakan kita tidak ramah lingkungan, kita termasuk negara yang peduli terhadap perubahan iklim.”
Kepedulian Indonesia terhadap lingkungan juga terlihat saat pemerintahan Jokowi menjadi tuan rumah presidensi G20 di Bali pada November 2022.
Saat itu, Jokowi mengajak para kepala negara untuk menanam mangrove di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai.
Jokowi menilai acara tersebut merupakan wujud nyata kepedulian Indonesia terhadap perubahan iklim.
“Ini kembali menjadi wujud nyata perubahan iklim di Indonesia. Oleh karena itu, saya sudah sampaikan bahwa Indonesia mengajak negara-negara anggota G20 untuk bersama-sama melakukan aksi nyata pembangunan hijau, termasuk pertumbuhan ekonomi hijau,” kata Jokowi.
Presiden RI juga menyampaikan bahwa Taman Hutan Raya Ngurah Rai merupakan salah satu contoh keberhasilan restorasi ekosistem mangrove yang dilakukan pemerintah.
Kawasan ini dulunya merupakan kawasan kolam ikan yang abrasif. Namun, saat ini kawasan tersebut menjadi rumah bagi 33 spesies bakau dan 300 hewan.
Para pemimpin negara-negara G20 pun mengapresiasi langkah yang diambil Jokowi, pemerintah Indonesia.
Selain itu, Indonesia berencana menanam 1,6 juta pohon bakau di sepanjang pantainya pada tahun 2024. Rencana tersebut juga merupakan upaya untuk mengurangi emisi karbon karena total hutan mangrove Indonesia saat ini mencapai 3,36 juta hektar. . Mangrove mencakup 24 persen dari total luas dunia. (satu/satu)