Jakarta, CNN Indonesia.
Pusat Kajian Ekonomi dan Hukum (Selios) memperkirakan kabinet gemuk Presiden terpilih dan Wakil Presiden terpilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka menggembungkan anggaran hingga Rp 1,95 triliun.
Prabowo telah memanggil total 108 orang, yang kabarnya akan menjadi menteri, wakil menteri (Wamen), dan kepala lembaga, untuk menduduki posisi kebijakan di kabinet pemerintahannya mendatang.
Beberapa kementerian juga dikabarkan akan memiliki lebih dari dua wakil menteri, seperti Kementerian Keuangan dan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Peneliti Celios Galou d. Muhammad mengatakan, pembagian pos bisa menyebabkan pemborosan anggaran yang signifikan.
“Penunjukan lebih banyak wakil menteri berarti meningkatkan pengeluaran pemerintah, termasuk gaji staf pendukung, pembelian mobil dinas, ruang kantor, dan pembayaran pensiun kepada menteri dan wakil menteri,” kata Galau dalam keterangan resmi, Kamis. . (17/10) .
Menurut dia, seluruh kewajiban di atas akan semakin meningkatkan kerentanan anggaran akibat jatuh tempo utang dan menurunnya penerimaan pajak.
Sementara analisis Celios, anggaran bisa meningkat hingga Rp 1,95 triliun dalam lima tahun ke depan, berkat penggelembungan aliansi Prabowo-Gibran. Angka tersebut belum termasuk biaya persediaan yang timbul akibat pembangunan ruang kantor atau gedung institusi baru.
Perkiraan kenaikan anggaran didasarkan pada gaji dan tunjangan kabinet sebesar 150 juta per bulan, gaji dan tunjangan wakil menteri sebesar 100 juta per bulan, dan anggaran operasional sebesar 500 juta per bulan untuk menteri dan wakil menteri.
Sebagai perbandingan, pada kabinet Jokowi-Maruf Amin yang terdiri dari 34 menteri dan 17 wakil menteri, gaji dan tunjangan menteri dihitung sebesar Rp61,2 miliar per tahun, gaji dan tunjangan wakil menteri dihitung sebesar Rp20,4 miliar per tahun, dan gaji dan tunjangan operasional. anggaran menteri dan wakil menteri mencapai Rp 306 miliar per tahun.
Total perkiraan pengeluaran kabinet Jokowi sebesar Rp387,6 miliar per tahun.
Sedangkan pada kabinet Prabowo-Gibran yang terdiri dari 49 menteri dan 59 wakil menteri, gaji dan tunjangan menteri dihitung sebesar Rp 88,2 miliar per tahun, gaji dan tunjangan wakil menteri dihitung sebesar Rp 70,8 miliar per tahun. Anggaran operasional Menteri dan Wakil Menteri sebesar Rp648 miliar per tahun. Total perkiraan biaya kabinet Prabowo-Gibran sebesar Rp 777 miliar per tahun.
Dengan demikian, perkiraan pertumbuhan anggaran era Jokowi hingga era Prabowo mencapai Rp389,4 miliar per tahun. Dengan demikian, penambahan anggaran mencapai Rp1,947 triliun selama lima tahun (2024-2029).
Lebih lanjut, analisis Selios menunjukkan sebagian besar nama yang dipanggil untuk mengisi kabinet berasal dari politisi, yaitu 55,6 persen atau 60 dari 108 calon.
Para teknokrat profesional hanya berjumlah 15,7 persen, atau 17 dari 108 kandidat, diikuti oleh TNI/Polri – 8,3 persen, pengusaha – 7,4 persen, tokoh agama – 4,6 persen, dan selebritis – 2,8 persen. Hanya 5,6 persen yang berasal dari sektor pendidikan.
Selios kemudian mengamati bahwa pengisian posisi kabinet pun penuh dengan balas dendam politik, yang menguntungkan aktor sentral dalam Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran. Setidaknya ada 30 calon yang terdaftar aktif di TKN. Secara keseluruhan, 72 persen dari total calon Pilpres 2024 merupakan pendukung Prabowo-Gibran.
Selios menganalisis, alokasi kursi kabinet merupakan ajakan kepada partai politik. Selios juga mencatat bahwa kabinet yang memegang posisi kebijakan ini juga tidak inklusif. Dari 98 caleg laki-laki, hanya terdapat 10 caleg perempuan atau 9,3 persen, dengan dominasi sekitar 90,7 persen.
(del/agt)