Jakarta, Indonesia —
Infrastruktur telekomunikasi dan teknologi informasi pemerintah telah diperkuat selama satu dekade terakhir, termasuk di wilayah timur Indonesia.
Ketersediaan akses internet sudah menjadi kebutuhan di era digital. Kehadiran internet akan menghasilkan berbagai aktivitas baru atau memberikan update terhadap aktivitas yang sudah ada.
“Kalau misalnya perekonomian di desa naik, akses internet terbuka, maka itu akan berkembang. Kemudian bermanfaat bagi sekolah, kesehatan, akses informasi, mungkin polisi dan militer, yang memang akses informasi. pasti cukup sulit,” kata Direktur Indonesia ICT Institute Heru Sutadi awal Oktober lalu.
Wilayah timur Indonesia merupakan wilayah yang juga menikmati pembangunan infrastruktur telekomunikasi dan informasi baik yang dilakukan pemerintah melalui Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (BAKTI).
BAKTI Kominfo sendiri bertugas untuk memajukan infrastruktur telekomunikasi dan menyediakan akses Internet di wilayah non-komersial yang tidak terjangkau oleh operator telekomunikasi.
Salah satu yang dibangun BAKTI Kominfo adalah Base Transceiver Station (BTS) untuk menyediakan akses telekomunikasi di wilayah timur Indonesia.
Data BAKTI Kominfo per September 2024, akses Internet yang dicapai hasil pembangunan tersebut sebanyak 18.715 titik di wilayah 3T Indonesia melalui berbagai solusi seperti fiber optik, koneksi radio, dan VSAT.
Berikut jumlah akses Internet BAKTI Kominfo di wilayah timur Indonesia: 1. Gorontalo: 356 titik2. Sulawesi Barat : 266 poin3. Sulawesi Selatan: 366 poin4. Sulawesi Tengah : 928 poin5. Sulawesi Tenggara : 553 poin6. Sulawesi Utara: 203 poin7. Nusa Tenggara Barat : 847 poin8. Nusa Oriental Tengah : 2142 poin9. Maluku : 918 poin 10. Maluku Utara : 508 poin11. Papua : 657 poin12. Papua Barat : 169 poin13. Papua Selatan : 375 poin14. Pegunungan Papua : 735 poin15. Papua Selatan : 229 poin16. Papua Tengah: 640 poin
Di antara berbagai titik akses Internet yang melayani BAKTI Kominfo, titik teknologi satelit berfungsi untuk menyediakan akses Internet pasca peluncuran satelit SATRIA-1 pada Juni 2023. Satelit berkapasitas 150 Gbps itu ditargetkan mencapai 3.700. titik pelayanan kesehatan, 9.390 titik sekolah dan pesantren, 47.900 desa dan 4.500 titik layanan umum.
SATRIA-1 termasuk dalam kelas satelit Geostationary Earth Orbit (GEO), sehingga menjangkau wilayah Indonesia Timur secara luas.
Dampak pembangunan infrastruktur telekomunikasi
Melansir CNBC Indonesia, daerah yang akses internet ciptaan BAKTI Kominfo mengalami pertumbuhan ekonomi, salah satunya terlihat di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Proyek BAKTI Kominfo telah membangun 89 BTS di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) sejak tahun 2016.
Perkembangan ini berarti impor dan penjualan tekstil dalam negeri memasuki era baru.
Dahulu, para perajin menjual tekstil di pusat desa, pasar mingguan atau Paranggang, atau di toko kerajinan hotel. Kini, kehadiran web memungkinkan seniman menjual barangnya dengan bertransaksi online.
Pemasarannya juga tidak lagi bersifat tradisional, namun juga bisa dilakukan melalui media sosial seperti Facebook dan Instagram sebagai platform e-commerce.
Kehadiran internet juga meningkatkan daya tarik wisata Sumba Timur. Jumlah kunjungan wisatawan di Sumba Timur pada tahun 2022 melonjak 88 persen menjadi 34.896. Jumlah hotel di kawasan ini berkembang cukup pesat dari hanya delapan pada tahun 2016 menjadi 18 pada tahun 2023.
Selain itu, dampak lainnya adalah semakin banyak warga yang masuk ke dalam kepercayaan, karena bisnis internet bisa dilakukan.
Data PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) menunjukkan jumlah agen BRILink di wilayah tersebut tumbuh hingga 3T dari sisi nilai transaksi. Di Kabupaten Lanny Jaya Papua, jumlah agen BRILink meningkat 1.000 persen menjadi 26.892 pada Juni 2024 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Nilai properti pun meningkat 909% menjadi Rp 43,54 miliar.
(saya/dir)