Jakarta, CNN Indonesia —
Liam Payne sempat mengalami krisis sebelum meninggal dunia pada Kamis (17/10).
Menurut sumber yang mengenal Payne, mantan anggota One Direction itu mengalami krisis di tahun-tahun terakhir hidupnya.
“Liam sudah lama berada dalam siklus perilaku destruktif,” kata sumber yang tidak disebutkan namanya kepada Page Six.
“Dia terbuka tentang perjuangannya, tapi terkadang dia mencoba meremehkannya. Kekesalannya jauh lebih buruk daripada yang dia biarkan,” tambahnya.
Payne meninggal pada Rabu (16/10) setelah terjatuh dari balkon hotel lantai tiga di Buenos Aires, Argentina. Dia meninggal pada usia 31 tahun.
Penyebab kematiannya belum dapat dikonfirmasi. Namun polisi kini tengah melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait proses kematian tersebut.
Kepolisian Buenos Aires sendiri mengaku mendapat laporan adanya “orang agresif di bawah pengaruh obat-obatan atau alkohol”.
Payne dikabarkan mengalami luka serius dan fatal.
Musisi kelahiran 1993 ini memulai karirnya pada tahun 2008 setelah mengikuti ajang pencarian bakat X-Factor. Para juri kemudian bekerja sama dengan Harry Styles, Zayn Malik, Niall Horan dan Louis Tomlinson untuk membentuk One Direction.
Boy band ini merilis empat album studio yang sukses dan memperoleh basis penggemar yang kuat di seluruh dunia.
Setelah merilis album terakhirnya, Made in the AM, pada tahun 2016 tanpa Zayn Malik, One Direction mengumumkan hiatus tanpa batas waktu namun tidak bubar.
Payne sendiri mengumumkan bahwa dia sedang mengerjakan album solo pada akhir tahun itu, mengikuti jejak anggota band lainnya. (ashar/asar)