Jakarta CNN Indonesia —
Bukan hanya Dito Ariotedjo yang menjadi komandan kapal Kemenpora, atlet Olimpiade Taufik Hidayat kini juga ikut berada di dalamnya.
Dito memulai masa jabatannya di Menpora pada 3 April 2023, menggantikan Zainudin Amali yang mengundurkan diri setelah lebih dari setahun menjabat di Kementerian Pemuda dan Olahraga, pria berusia 34 tahun itu ingin Dito tetap bertahan.
Bagaimana kabar Dito selama setahun lebih di Kemenpora? Kalau jadi acuan Desain Besar Olahraga Nasional (DBON), belum ada. Kompetisi Olimpiade dan Paralimpiade adalah hal biasa.
DBON menjelaskan, target Indonesia di Olimpiade 2024 adalah masuk 30 besar, disusul Indonesia di peringkat 39 dengan dua medali emas dan satu medali perunggu.
Kemudian di Paralimpiade 2024 targetnya adalah masuk 40 besar. Yang terjadi, ia menduduki peringkat 50 dengan raihan 8 medali emas, 5 perak, dan 5 perunggu.
Tentu saja Dito tidak bisa menjadi satu-satunya kambing hitam atas kegagalan DBON. Itu terjadi setahun sebelum Olimpiade dan Paralimpiade 2024, jadi setidaknya ada alasannya.
Olimpiade selanjutnya akan digelar di Los Angeles, AS, pada 2028. Menurut DBON, target Indonesia adalah menduduki peringkat 20 dunia.
Paralimpiade 2024 juga akan digelar di Negeri Paman Sam. Tujuannya agar atlet Indonesia bisa masuk 30 besar dunia. Bisakah tujuan ini tercapai?
Jika kita bicara dua olimpiade terakhir, untuk bisa menduduki peringkat ke-20, Anda harus sudah meraih minimal empat medali emas. Sekilas terlihat mudah, namun Indonesia belum pernah meraih lebih dari dua medali emas.
Dari 14 besar cabang olahraga Indonesia yang digelar di DBON, hanya tiga yang berpeluang meraih medali, antara lain panjat tebing, angkat besi, dan wingsuit.
Olah raga lainnya antara lain panahan, wushu, menembak, karate, renang, berlayar, dan berlayar. Belum putus asa, cukup dekat, mungkin panahan atau wushu.
Misalnya saja di cabang olahraga, Indonesia hanya punya Lalu Muhammad Zohri di nomor 100m putra. Padahal, Zohri bukan salah satu atlet kelas dunia. Hal yang sama berlaku untuk berenang dan bersepeda.
Akankah duet Dito dan Taufik mencapai tujuan DBON? Kemungkinannya selalu ada, namun jika formatnya tetap sama, DBON terasa seperti hanya tulisan di dinding Kemenpora. Lanjutkan ke halaman berikutnya…