Jakarta, CNN Indonesia –
Aviliani, ekonom senior INDEF, mengatakan banyak masyarakat kelas menengah kini hidup dalam utang. Salah satunya pinjaman online karena banyak masyarakat (bankir) yang tidak bisa mengakses bank.
Menurut dia, itu juga digunakan untuk membayar utang. Namun, banyak orang yang tidak mampu membayar utangnya. Di sisi lain, mereka tidak mendapatkan bantuan keuangan langsung (BLT) karena tergolong kelas menengah. Aviliani mengatakan, hal ini membuktikan kemiskinan struktural sedang menjadi kenyataan di Indonesia.
Kemiskinan struktural adalah ketika pendapatan seseorang berada di atas garis kemiskinan, namun masih tergolong rendah dibandingkan pendapatan penduduk sekitarnya.
“Masih banyak masyarakat yang tidak mendapatkan BLT,” imbuhnya. “Masalahnya karena PHK kelas menengah, karena Covid, karena dampak PHK di era digital.” Dalam debat publik di INDEF. Selasa (22/10).
Ia menilai situasi ini patut dikhawatirkan oleh pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Sebab, meski sempat ada kartu tenaga kerja pada masa pemerintahan Joko Widodo, namun dampaknya tidak signifikan.
Dia menambahkan, “Ini adalah situasi yang sedang berlangsung dan pemerintah harus fokus pada masalah ini. “Ada prakerja, tapi disesuaikan karena itu bonus dan uang program.”
Sementara itu, menurut Kepala Ekonom INDEF Didin S Damankhuri, menurunnya kelas menengah bukan hanya karena Covid-19, tapi karena alokasi APBN dan perbankan lebih banyak ke sektor besar dibandingkan UKM.
Oleh karena itu, dia menilai dukungan yang diberikan kepada masyarakat perlu dikaji ulang. Hal ini bertujuan untuk memberikan manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat.
Untuk menghindari kemiskinan struktural, APBN harus berperan aktif dalam penyaluran ke lapisan masyarakat bawah, ujarnya.
Dia menjelaskan, menurut catatan Bank Indonesia, seharusnya perbankan memiliki tingkat alokasi 99% kepada UKM. Namun yang diluncurkan baru 18 persen, sisanya ditujukan ke sektor atau perusahaan besar.
Ia menyimpulkan, “Ini adalah peluang besar tidak hanya bagi APBN tetapi juga komunitas UKM bank tersebut. “Tidak hanya dari APBN, tapi juga dari pemulihan perbankan, dana pihak ketiga akan masuk ke UKM tersebut.” .
(ldy/pta)