Jakarta, CNN Indonesia —
Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman Fahri Hamzah mengatakan, Presiden Prabowo Subianto mengingatkan bahwa program membangun 3 juta rumah tidaklah mudah.
Pembangunan 3 juta rumah per tahun merupakan salah satu program besar pemerintahan Prabowo.
Tadi saat pelantikan, Pak Prabowo bilang ke saya kalau dia menimbang 3 juta. Jadi ya, ini tugas yang berat bagi kita semua, katanya di kantor Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Jakarta Selatan, Senin (21/10).
Dia mengatakan biaya pembangunannya akan berasal dari negara atau swasta dalam dan luar negeri sebesar 3 juta. Ia menegaskan, yang terpenting adalah memperbaiki backlog atau defisit pasokan perumahan yang mencapai 13-26 juta jiwa di permukiman atau rumah tidak layak huni.
Menurut Fahri, pasar perumahan sebenarnya bersifat dinamis berdasarkan supply dan demand. Namun pemerintah ingin menciptakan ekosistem agar masyarakat miskin bisa memiliki rumah.
“Jadi pemerintah sedang menyiapkan hibah dan pendanaan yang akan menyediakan perumahan yang layak bagi masyarakat luas,” ujarnya.
Sebelumnya, usai dilantik, Fahri mengaku memenuhi usulan Presiden Prabowo Subianto untuk membangun 3 juta rumah dalam setahun. Secara rinci dapat dikatakan 1 juta rumah dibangun di perkotaan dan 2 juta rumah dibangun di perdesaan.
“Pesanan pembangunan 3 juta rumah per tahun sedang dalam pengerjaan,” kata Fahri di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (21/10).
Fahri mengatakan, pemerintah pada dasarnya bukan ingin membangun rumah, melainkan ingin menciptakan ekosistem yang baik bagi industri untuk kemudian membantu pelaksanaannya.
Ia juga mengatakan, dalam praktiknya, kontraktor kecil lebih disukai dibandingkan kontraktor pembangunan rumah di kawasan tersebut. Sedangkan pembangunan di dalam kota bisa dipercayakan kepada kontraktor besar lokal maupun asing.
“Di daerah itu diutamakan pengusaha kecil, yang di pusat yang 1 juta, kalau mau ke luar negeri, kalau mau dalam negeri silahkan,” ujarnya.
Program utama Prabowo-Gibran, program 3 juta rumah per tahun, diharapkan menghasilkan transaksi Rp 400 triliun setiap tahunnya. Ini merupakan estimasi terendah berdasarkan kajian internal yang dilakukan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN.
Direktur Utama BTN Nixon Napitupulu meyakini denah rumah 3 juta itu akan berlaku selama 5 tahun Prabowo-Gibrand. Dengan kata lain, sekitar 500-600 ribu apartemen disediakan setiap tahunnya.
Jumlah ini tiga kali lipat dari usulan ketujuh Presiden Joko Widodo, yakni 1 juta rumah dalam 5 tahun.
Di sisi lain, Menteri PUPR era Jokowi Basuki Hadimuljono juga turut menghitung berapa anggaran yang harus dimiliki Prabowo untuk membangun 3 juta rumah.
Perhitungan tersebut berdasarkan belanja yang dikeluarkan selama ini dalam bentuk Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) Presiden Jokowi ke-7. Basuki mencatat, proyek satu juta perumahan (PSR) yang dilaksanakan PJokowi menelan biaya Rp 20 triliun setiap tahunnya.
“Sekarang (rencana rumah 1 juta tahunan di era Jokowi) sekitar Rp 20 triliun. Jadi untuk mencapai program (rumah) 3 juta itu dua kali lipat dari jumlah saat ini,” kata Basuki usai Konvensi dan Expo PropTech di PUPR. Kementerian, Jakarta Selatan, Jumat (23/8).
(fby, khr/pta)