Jakarta, CNN Indonesia —
Fenomena iklim La Niña diperkirakan akan berlangsung hingga Maret 2025. Bagaimana pengaruhnya terhadap cuaca di Indonesia?
Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA) mengatakan dalam laporannya pekan lalu bahwa La Nina memiliki peluang 60 persen terjadi antara September dan November tahun ini.
“La Nina diperkirakan terjadi pada September-November (peluang 60%) dan berlangsung hingga Januari-Maret 2025,” kata NOAA dalam laman resminya, Senin (14/10).
La Niña merupakan fenomena iklim yang menyebabkan curah hujan berlebih di suatu wilayah. Indikasinya adalah penurunan suhu di bawah 0,5 derajat Celcius di kawasan tropis Samudera Pasifik.
September lalu, El Niño Southern Oscillation (ENSO) yang netral berlanjut dengan suhu permukaan laut mendekati rata-rata di sebagian besar wilayah Pasifik khatulistiwa tengah dan timur, menurut NOAA.
ENSO adalah siklus iklim yang ditandai dengan pendinginan (La Niña, di bawah -0,5 derajat Celcius) dan pemanasan (El Niño, di atas 0,5 derajat Celcius) permukaan laut di Pasifik tropis tengah dan timur.
Ini adalah salah satu kondisi cuaca terkuat dan paling dapat diprediksi yang mempengaruhi iklim global.
Seperti bulan lalu, indeks Niño mingguan terbaru berkisar antara +0,2°C (Niño-4) hingga -0,4°C (Niño-1+2). Suhu bawah permukaan di bawah rata-rata tetap berada di ” Pasifik tengah timur dan timur khatulistiwa, jelas NOAA.
“Anomali angin tingkat rendah terjadi di arah timur di atas timur-tengah ekuator Pasifik, dan anomali angin tingkat tinggi terjadi di barat di atas Pasifik timur. Konveksi mendekati rata-rata di Indonesia dan sedikit tertekan sepanjang garis waktu. Secara keseluruhan, gabungan sistem atmosfer samudera mencerminkan ENSO bersifat netral,” lanjut badan tersebut.
Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam laporan musim hujan 2024/2025 menyebutkan La Nina kemungkinan akan melanda Indonesia pada Oktober ini.
Prakiraan indeks ENSO menunjukkan La Niña kemungkinan akan mulai terjadi pada Oktober 2024, sedangkan IOD diperkirakan masih dalam fase netral hingga setidaknya Februari 2025, kata BMKG dalam keterangannya.
Menurut BMKG, suhu permukaan laut di perairan Indonesia secara umum akan tetap netral hingga hangat dengan nilai berkisar antara 0 °C hingga +2.0 °C.
Angin stratosfer sebesar 850 mb pada bulan September-Oktober 2024 diperkirakan masih akan didominasi oleh angin timur (Muson Australia), namun pada bulan November 2024 angin barat (Muson Asia) mulai menembus wilayah utara Indonesia.
Efek La Nina di Indonesia
Menurut BMKG, jika terjadi fenomena La Niña, sebagian wilayah Indonesia akan mengalami peningkatan curah hujan sebesar 20-40 persen antara bulan Juni hingga Juli hingga Agustus dan September hingga Oktober hingga November.
Sedangkan pada bulan Desember-Januari-Februari dan Maret-April-Mei, sebagian wilayah Indonesia bagian barat mengalami peningkatan curah hujan akibat pengaruh angin muson.
Namun bukan berarti tidak ada musim kemarau sama sekali, hanya saja terjadi peningkatan curah hujan pada periode tersebut sehingga sering disebut musim kemarau basah, kata BMKG.
Saat terjadi fenomena La Niña, ada sejumlah bencana yang bisa terjadi. Secara umum bencana-bencana tersebut erat kaitannya dengan hidrometeorologi.
Dengan meningkatnya curah hujan pada saat La Niña, maka potensi bencana yang dapat terjadi adalah banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, angin puting beliung, bahkan badai tropis. (perintah/dmi)