Jakarta, CNN Indonesia —
Presiden Prabowo Subianto telah menunjuk Budima Sudyatomiko sebagai Direktur Jenderal Badan Percepatan dan Pengentasan Kemiskinan.
Pelantikannya digelar pada Selasa (22/10) di Istana Kepresidenan Jakarta.
Budiman yang tiba di Istana mengungkapkan kekhawatiran utamanya adalah tingginya angka kemiskinan.
“Misalnya, begitu Anda menjabat, perhatian pribadi pertama Anda pastinya adalah kemiskinan,” katanya.
Budiman memutuskan untuk memperbaiki pendataan masyarakat miskin. Kami juga ingin fokus pada masyarakat yang hidup dalam kemiskinan dan kemiskinan ekstrem.
Selain itu, Budiman ingin memberdayakan mereka yang berisiko terkena kemiskinan. Ia juga ingin memulai program untuk membantu masyarakat miskin.
Lantas siapa sebenarnya Budiman Sudyatomiko dan bagaimana ia bisa membuat Prabowo dianggap sebagai penghapus kemiskinan?
Pria kelahiran 10 Maret 1970 ini merupakan aktivis berusia 98 tahun dan mantan kader PDI Perjuangan (PDIP).
Beliau menyelesaikan pendidikannya di SDN Mahkamah 2 Bogor, SMPN 1 Cilacap, dan SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta.
Budiman lulus dari Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM) pada tahun 1989. Namun, ia tak mampu menyelesaikannya karena ia terjun ke dunia aktivitas sosial dan politik.
Budiman kemudian menjadi pengorganisir komunitas yang melakukan proses pemberdayaan politik, organisasi, dan ekonomi di kalangan petani dan pekerja perkebunan di sekitar Jawa Tengah dan Timur.
Budiman dikenal aktif di dunia aktivisme sosial dan politik. Pada tahun 1996, di Sleman, Yogyakarta, ia mengumumkan pembentukan Partai Rakyat Demokratik (PDP), yang mengkritik rezim Suharto, presiden kedua Republik Indonesia.
Pada 27 Juli 1996, usai peristiwa Kudatli, Budiman ditangkap dengan tuduhan menghasut kerusuhan dan divonis 13 tahun penjara. Namun, ia hanya menjalani hukuman tiga setengah tahun di Lapas Sipinan Jakarta Timur setelah mendapat pengampunan dari presiden keempat, Abdurrahman Wahid, melalui Gus Dur.
Ia baru saja kembali dari penjara untuk belajar ilmu politik di Universitas London dan memperoleh gelar master dalam bidang hubungan internasional dari Universitas Cambridge di Inggris.
Pada akhir tahun 2004, Budiman bergabung dengan PDIP dan mendirikan anak perusahaan partai tersebut, Relawan Perjuangan Demokrasi (REPDEM).
Ia juga pernah menjabat sebagai anggota DPR RI PDIP mewakili Daerah Pemilihan 8 Jawa Tengah meliputi Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Cilacap pada tahun 2009 hingga 2019.
Saat itu, Pak Budiman menjabat sebagai anggota Komite II yang membidangi urusan dalam negeri, pemerintahan daerah, dan pertanian.
Pada tahun 2009, ia juga menjabat sebagai Wakil Ketua Panitia Khusus RUU Desa. Saat itu, Budiman meyakini kesejahteraan masyarakat Indonesia bermula dari desa yang merupakan tempat tinggal 70 persen penduduknya.
Usai menuntaskan tugasnya sebagai anggota DPR, Budiman diangkat menjadi anggota dewan independen PT Perkebnan Nusantara V (Persero) oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara Eric Tohir pada Januari 2021.
Budiman kemudian resmi dikeluarkan dari keanggotaan PDIP pada 24 Agustus 2023 karena terang-terangan mendukung Prabowo Subianto Gibran dan Rakabumin Raka pada Pilpres 2024.
Untuk mendukung hal tersebut, Pak Budiman resmi bergabung dalam Tim Kampanye Nasional (TKN) Persatuan Indonesia Progresif (KIM) untuk mendukung Prabowo Gibran.
(Dell/Agen)