Surabaya, CNN Indonesia —
Mantan teroris Umar Patek memulai sebuah kedai kopi bernama ‘Ramu Kopi’. Acara sederhana pertama dihadiri mantan Kepala Densus 88 Anti Teror Polri Komjen Marthinus Hukom yang biasa diburunya.
Patek dikenal sebagai salah satu pejuang kelompok teroris Jemaah Islamiyah (JI). Ia berperan dalam serangan teroris besar, termasuk bom Bali tahun 2002 yang menewaskan lebih dari 220 orang.
Patek dianggap sebagai salah satu teroris paling dicari di Asia Tenggara karena keterlibatannya dalam serangan dan hubungannya dengan kelompok JI yang terkait dengan al-Qaeda.
Pada tahun 2008, Amerika Serikat bahkan menawarkan hadiah hingga 1 juta US$ kepada siapa saja yang dapat memberikan informasi keberadaannya atau menghubunginya.
Patek ditangkap di Pakistan pada tahun 2011 setelah bertahun-tahun buron dan melarikan diri ke beberapa negara. Dia kemudian dikirim ke Indonesia dan mencoba aksi bom Bali.
Patek dijatuhi hukuman 20 tahun penjara oleh pengadilan pada tahun 2012. Namun pada Agustus 2022 ia mendapat pengurangan hukuman atau pembebasan bersyarat.
Ia resmi dibebaskan pada Desember 2022 setelah menjalani hukuman hampir 10 tahun penjara, setelah menyatakan janji setia kepada NKRI, berperilaku baik di penjara, dan berpartisipasi dalam program deradikalisasi. Keputusan pelepasan tersebut menuai kontroversi, terutama dari keluarga pelaku bom Bali.
Kini Patek kembali ke masyarakat. Saat ini ia tinggal bersama istrinya Ruqayyah Husein di Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo. Pria bernama asli Hisyam bin Alizein ini juga memulai bisnis kopi bernama Ramu Kopi dengan dukungan seorang dokter sekaligus pengusaha di Surabaya, Dr. David Andreasmito.
“Pertama kalau Ramu dibalik jadi ‘Umar’. Kedua, Umar bikin bom, sekarang dia bikin kopi,” kata Patek saat acara Ramu Kopi sederhana di Surabaya, Rabu (16/10).
Patek mengatakan, ia mengembangkan produk Ram Kopi ini dengan dukungan dari Dr. Daud. Dokter sekaligus pengusaha itu ia temui dua bulan setelah bebas dari Lapas Porong, Sidoarjo, Jawa Timur.
“Dua bulan setelah aku bebas, aku bertemu dengan Dr. David. Dia membaca berita dan mencari informasi tentang keberadaanku. Akhirnya dia menemukanku dan aku terlibat. Sejak saat itu, hubungan kami baik-baik saja, dekat. Jadi begitulah sudah hampir dua tahun,” ungkapnya.
Peluncuran Ramu Kopi juga dihadiri oleh Komjen Marthinus Hukom yang saat ini menjabat sebagai Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN). Di acara tersebut, keduanya bahkan berjabat tangan, berpelukan, dan menebar senyum.
Marthinus sendiri merupakan salah satu petinggi kepolisian yang terlibat dalam operasi besar melawan kelompok teroris di Indonesia. Termasuk atau menangkap pelaku bom Bali I.
Pak Marthinus yang dulunya Densus 88 mengejar saya, dia dulunya Ketua Densus. Tapi sekarang mereka baik untuk saya,” kata Patek.
Marthinus mengatakan Patek adalah orang yang baik. Ia kemudian teringat bagaimana ia berusaha mencari mantan narapidana kelahiran 20 Juli 1966 beberapa tahun lalu itu, yang ia lakukan dengan susah payah.
“Saya kenal dia kalau sudah dewasa, dia juga melihat kita sebagai orang dewasa. Makanya saya bilang dia berkali-kali dikepung dan dikatakan mati berkali-kali oleh pemerintah Filipina, tapi hari ini dia ada di sini,” kata Martinus.
Menurutnya, meski berpenampilan kecil, Patek sangat ditakuti oleh aparat keamanan di Filipina dan Amerika Serikat.
“Jadi bayangkan Umar Patek yang kelihatannya muda tapi ditakuti orang Filipina dan Amerika dan sudah ditawari harga 1 juta dolar (US$1 juta),” ujarnya.
Kini Patek pun berharap bisa menjalani kehidupan yang lebih baik. Ia ingin produk kopinya bisa diterima masyarakat dan laris manis di pasaran. Nantinya Ramu Kopi didistribusikan di kedai kopi, toko, tempat wisata dan berbagai daerah di Indonesia.
“Iya wajar kalau orang mau [barang yang dijualnya] laku. Penjualannya bagus, tapi berkah. Saya ingin punya usaha sendiri, salah satunya agar saya tidak harus hidup seperti orang miskin. supirnya,” katanya. (pria/wanita)