Jakarta, CNN Indonesia —
Presiden Prabowo Subjanto rupanya mematok target pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih dari 8 persen per tahun atau 10 persen.
Hal itu diungkapkan adiknya Hashim Djyohohadikusumo. Ia menegaskan, angka 8 persen yang ditetapkan Prabovo merupakan batas minimal.
Padahal kata Prabovo (pertumbuhan ekonomi) 8 persen itu minimal, itu target minimalnya. Kami sebenarnya ingin 10 persen,” kata Hashim pada dialog ekonomi di Menara Kadin, Jakarta Selatan, Rabu (23/10).
“Tapi kalau kita bilang 8 persen itu konyol, benarkah?” “Vietnam menganggap bangsa Indonesia sebagai bangsa inferior,” imbuhnya.
Bahkan, Hashim mengibaratkan Indonesia melewati Kamboja. Ia mengatakan, negara ini masih tertinggal dibandingkan Kamboja yang berhasil mencatatkan bagi hasil sebesar 18 persen, sedangkan Indonesia hanya sebesar 12,7 persen.
Hashim menanyakan kenapa di Indonesia ada perbedaan 5%. Ia menyimpulkan, kuncinya adalah pendapatan pemerintah yang perlu ditingkatkan.
“Saya mau sampaikan Indonesia, rasio penerimaan kita rendah sekali, 12,7 persen. (Sedangkan) Vietnam 23 persen, kita defisit penerimaan negara 10 persen,” tuturnya.
“Nah tahun 8 Asta Cita diberi nama (tarif pajak) 23 persen. Indonesia menyusul 23 persen, itu kontribusi saya ke Asta Cita dan diterima. Rencana pemerintah kita (menaikkan tarif pajak) dari 12,7 persen menjadi 23 persen,” lanjut Hashim.
Adik laki-laki Prab mulai menghitung. Ia mencontohkan, produk domestik bruto (PDB) Indonesia kini sebesar Rp 22 triliun, yang sebenarnya masih bisa ditingkatkan.
Dia mengatakan pemerintahan Prab bisa menambah sekitar 2-3 persen PDB pada akhir tahun ini. Hashim menjelaskan, sumbernya berbeda-beda.
“Saya bilang kita dapat uang dari pengusaha nakal, ada emisi karbon dioksida, kebocoran dari dunia maya kita tutupi dan sebagainya. Termasuk operasi yang buruk, nanti kita tutup. Kita hitung bisa mendapat produk domestik bruto 2-3 persen lebih banyak. (PDB), jelas Hashim.
“Satu persen PDB-nya Rp 220 triliun, PDB kita Rp 22 ribu triliun. Dua persen Rp 440 triliun, tiga persen Rp 660 triliun. Jadi dengan sedikit langkah kita bisa dapat 2 persen, dan saya yakin (lebih akan datang) 3-4 persen pada tahun depan (2025), ujarnya.
Selain itu, akan ada penambahan lain dari sektor perumahan. Ia menyatakan, kontribusi sektor ini terhadap PDB saat ini sebesar 14 persen dan akan tumbuh lagi sekitar 1,5 persen.
(Minggu/Agustus)