Jakarta, CNN Indonesia –
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendiktisaintek) Satryo Soemantri Brodjonegoro mengungkapkan keprihatinannya terhadap pesatnya perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) dan dampaknya terhadap masa depan pekerjaan masyarakat manusia.
Satryo dalam pidato pertamanya sebagai Ketua Dewan Merah Putih berbicara mengenai perubahan besar yang dihadapi dunia pendidikan dan dunia kerja, terutama akibat kemajuan teknologi AI.
“Kita tidak tahu lapangan pekerjaan apa yang masih ada di dunia pada tahun 2030, lapangan pekerjaan apa yang masih ada di tahun 2030 karena AI berkembang begitu pesat dimana setiap pekerjaan, hampir setiap pekerjaan telah digantikan oleh mesin,” kata Satryo dalam sambutannya. . Dalam Konferensi Jabatan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi periode 2019-2024, Jakarta (21/10).
Dalam sambutannya, Satryo juga menekankan pentingnya pendidikan global untuk mempersiapkan masa depan yang tidak pasti.
“Kita harus mempersiapkan diri bagaimana belajar menghadapi masa depan yang tidak pasti dan tidak menentu. Bagaimana kita bisa mendidik anak-anak kita bahwa kita tidak tahu masa depan akan seperti apa.” dia menambahkan.
Kemunculan AI diprediksi akan berdampak pada pengurangan beban kerja di masa depan. Dana Moneter Internasional (IMF) menyebut situasi ini berpotensi meningkatkan ketimpangan.
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mendesak negara-negara untuk membangun jaminan sosial dan menyediakan layanan keamanan untuk melawan dampak AI.
“Dalam sebagian besar kasus, AI akan menyebabkan kesenjangan total, sebuah masalah yang harus diintervensi oleh para pembuat kebijakan untuk mencegah teknologi ini menjadi konflik yang lebih besar,” kata Kristalina pada bulan Januari.
Kristalina mengatakan saat ini AI terus diadaptasi oleh banyak pekerja dan dunia usaha. Ia percaya bahwa teknologi AI dapat membantu sekaligus merugikan aktivitas manusia.
Kristalina mengatakan dampak AI diperkirakan akan lebih terasa di negara-negara berkembang dibandingkan dengan negara-negara maju, sebagian karena pekerja kerah putih dianggap lebih berisiko dibandingkan pekerja kerah biru.
Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) pun mengungkapkan keprihatinannya terhadap pesatnya perkembangan AI. Menurutnya, berdasarkan laporan yang dibacanya, AI diperkirakan akan menghancurkan sekitar 85 juta lapangan kerja pada tahun depan.
Hal ini berdasarkan Laporan Survei Pekerjaan Masa Depan Forum Ekonomi Dunia (WEF) tahun 2020.
“Awalnya kita hanya punya mesin otomasi, lalu sekarang muncul AI, otomasi analitis muncul. Setiap hari terjadi hal-hal baru,” kata Jokowi bulan lalu.
“Kalau kita baca, pada tahun 2025 akan ada 85 juta pekerjaan yang hilang. 85 juta pekerja akan hilang, jumlah yang tidak sedikit,” imbuhnya.
(wnu/rzr/dmi)