Jakarta, Indonesia —
Israel pun bertindak bebas dengan menghancurkan gerbang utama dan secara paksa memasuki markas pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau UNIFIL di Lebanon selatan, pada Minggu (14/10).
Insiden tersebut melukai personel UNIFIL, banyak di antaranya berasal dari berbagai negara, termasuk Indonesia. Namun sejauh ini belum ada laporan mengenai orang yang terluka atau negaranya.
UNIFIL mengatakan, insiden itu bermula ketika tank Pasukan Pertahanan Israel (IDF) melewati gerbang UNIFIL di Ramyah, Lebanon selatan, pada Minggu pagi.
Setelah tank-tank tersebut masuk, UNIFIL mengatakan beberapa ledakan terjadi dalam jarak 100 meter, mengeluarkan asap yang menyebar ke tanah dan membuat staf PBB sakit.
UNIFIL menyebutkan, tekanan Israel terjadi sekitar pukul 04.30 waktu setempat, saat personel Ramyah melihat tiga kelompok tentara IDF menyeberang ke Blue Lebanon.
“Saat pasukan penjaga perdamaian berada di rumah sakit, dua tank IDF Merkava menghancurkan gerbang utama kompleks tersebut dan memasuki area tersebut dengan paksa,” kata UNIFIL kepada Reuters.
Setelah memaksa masuk, pasukan Israel berulang kali meminta agar lampu di markas UNIFIL dimatikan.
Karena pelanggaran tersebut, UNIFIL melakukan protes melalui media dan mengatakan bahwa kehadiran pasukan Israel membahayakan operasi penjaga perdamaian.
Serangan Israel terhadap markas UNIFIL pekan lalu terjadi ketika Israel terus terlibat dengan markas besar penjaga perdamaian PBB dalam operasinya melawan Hizbullah di Lebanon.
Hal ini juga terjadi setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyerukan penarikan pasukan penjaga perdamaian PBB dari Lebanon selatan.
“Tn.
Pekan lalu, serangan Israel ke markas UNIFIL melukai empat orang asal Indonesia dan Sri Lanka. UNIFIL menuduh Israel melakukan Nisl Naqoura.
Serangan ini telah menyebar dan menimbulkan kecaman di banyak negara. Hampir 40 negara mengutuk keras serangan Israel baru-baru ini terhadap PBB di Lebanon.
(angka)