Jakarta, CNN Indonesia –
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan serangan Israel akhir pekan lalu terhadap negaranya adalah reaksi berlebihan dan berjanji akan membalasnya.
Masalah lainnya adalah di Korea Selatan terdapat pembicaraan tentang “pandemi kesepian” baru, terutama di kalangan pria paruh baya, berusia 40-45 dan 60-65 tahun.
Berikut ulasannya dalam International Flash edisi hari ini, Selasa (29-10). Pemimpin tertinggi Iran ingin menanggapi Israel: pahami kekuatan kami
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan dia akan melakukan serangan balasan setelah Israel menyerang fasilitas militer negaranya pada akhir pekan.
Khamenei mengatakan serangan Israel berlebihan dan tidak adil. Namun, tindakan mereka tidak bisa dianggap remeh.
“Rezim Israel salah menilai Iran karena mereka belum mengenal negara ini, rakyatnya, serta kekuatan dan tekad [kita],” katanya, dikutip oleh media resmi pemerintah Iran, IRNA.
Khamenei kemudian berkata, “Kita harus membuat mereka memahami semua ini.”
Dia juga mengatakan para pejabat Iran harus menyadarkan Israel akan sejauh mana otoritas mereka. Khamenei juga meminta para pejabat Iran untuk melakukan apa pun demi “kepentingan terbaik negaranya.” Ribuan warga Korea Selatan sekarat dalam ‘pandemi kesepian’. Apa yang telah terjadi?
Selain angka kelahiran yang lebih rendah, Korea Selatan juga menderita “pandemi kesepian”, sebuah fenomena yang dalam bahasa Korea dikenal sebagai godox.
Setiap tahunnya, pemerintah mencatat ribuan warga Korea Selatan meninggal sendirian, tanpa keluarga atau rekan kerja.
Masalah kesepian menjadi salah satu masalah sosial utama di Korea Selatan, khususnya dalam satu dekade terakhir. Hal ini terjadi karena semakin banyak anak muda yang menarik diri dari dunia luar dan menghabiskan waktu berbulan-bulan dalam isolasi di rumah. Fenomena yang dikenal dengan nama Jepang hikikomori ini menjadi semakin umum.
Malaysia dan Thailand sedang menyelidiki kandungan berbahaya dalam anggur muscat
Beberapa negara Asia Tenggara telah meluncurkan penyelidikan terhadap anggur Shine Muscat setelah adanya dugaan bahwa anggur tersebut mengandung residu kimia berbahaya.
Pada Kamis (24 Januari 2010), Jaringan Peringatan Pestisida Thailand (Thai-PAN) mengumumkan puluhan residu bahan kimia berbahaya telah terdeteksi pada buah anggur Shine Muscat yang diimpor ke negeri Gajah Putih tersebut.
Secara total, 23 dari 24 sampel anggur Shine Muscat yang diambil dari 15 toko di Bangkok memiliki tingkat residu pestisida di atas batas wajar.
Thai-PAN melaporkan secara rinci bahwa sebanyak 50 jenis residu beracun terdeteksi dalam anggur. Ini termasuk dua residu tipe 4, yaitu klorpirifos dan endrinaldehida. Kemudian 26 residu tipe 3 yang tidak dicantumkan secara detail.
Lalu ada 22 residu yang tidak terdaftar dalam peraturan zat berbahaya Thailand, antara lain triasulfuron, cyflumetofen, chlorantraniliprole, flonicamid, etoxazole, dan spirotetramat.
(pita/DNA)