Jakarta, CNN Indonesia —
Terbang bisa menjadi hal yang sangat melelahkan bagi kebanyakan orang, terutama penerbangan jarak jauh. Rasa lelah ini seringkali menimbulkan efek samping yang berbeda-beda, termasuk jet lag.
Jet lag atau mabuk perjalanan setelah penerbangan merupakan gejala fisik dan kognitif yang dialami seseorang saat melakukan perjalanan cepat melintasi berbagai zona waktu.
Hal ini terjadi karena tubuh Anda sudah terbiasa dengan waktu dari tempat Anda berasal. Begitu Anda memasuki zona waktu baru, ritme tubuh Anda tidak lagi sesuai dengan jam lokal.
Saat itulah gejala jet lag muncul. Anda akan merasa ngantuk saat ingin bangun dan terjaga saat ingin tidur. Anda lapar di pagi hari dan mungkin merasa kembung atau mual jika makan di siang hari.
Hingga tubuh Anda mampu menyesuaikan diri dengan zona waktu baru, Anda akan mengalami disorientasi atau merasa bingung secara psikis dan mental. Pada akhirnya yang terjadi adalah situasi liburan yang tidak menyenangkan.
Menariknya, pengalaman jet lag berbeda-beda pada setiap orang. Ini karena kita semua mengikuti ritme batin kita, lapor Detik Travel.
Kebanyakan orang memiliki siklus harian alami sekitar 24,2 jam. Oleh karena itu, jika kita tinggal di dalam gua dan tidak melihat cahaya, siklus tidur atau bangun serta ritme harian kita akan berlangsung selama 24,2 jam.
Para ahli berpendapat bahwa fenomena ini merupakan perubahan evolusioner yang memungkinkan tubuh beradaptasi dengan lamanya hari yang berbeda sepanjang tahun.
Namun, beberapa orang memiliki siklus yang sedikit lebih lama dibandingkan yang lain. Hal ini ditengarai menjadi salah satu penyebab masyarakat mengalami kelangkaan penerbangan.
Penelitian menunjukkan bahwa jika manusia memiliki orbit yang lebih panjang, mereka dapat beradaptasi lebih cepat untuk melakukan perjalanan ke barat, seperti saat melakukan perjalanan dari Australia ke Afrika Selatan.
Namun, belum diketahui secara pasti apakah orang dengan siklus pendek melakukan hal sebaliknya.
Kondisi tersebut akan semakin berbahaya seiring bertambahnya usia. Orang lanjut usia (lansia) kemungkinan besar tidak akan mengalami gejala jet lag yang paling parah.
Jet lag dianggap lebih merupakan kondisi psikologis dibandingkan kondisi psikologis. Hal ini terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara waktu internal tubuh yang ditentukan di otak dengan waktu internal seseorang.
Berikut beberapa tips yang bisa Anda gunakan untuk mengatasi jet lag.
1. Putuskan apakah Anda harus mencoba beradaptasi dengan zaman baru atau tidak. Jika hanya perjalanan singkat, tidak lebih dari 3 hari, Anda bisa berdiam diri di rumah untuk membiasakan diri.
2. Jika Anda mencoba mengubah jam tubuh Anda (mekanisme pengaturan waktu tubuh Anda), sebaiknya Anda mulai dengan pesawat. Atur jam tangan Anda ke zona waktu tujuan Anda dan sesuaikan aktivitas Anda.
3. Minimalkan konsumsi kafein dan alkohol saat bepergian karena penting untuk istirahat yang cukup dan menghindari dehidrasi. Ini akan membantu tubuh Anda terbiasa dengan zona waktu baru.
4. Saat menyesuaikan dengan zona waktu baru, usahakan untuk tidur lebih awal di malam hari dan sesekali istirahat jika perlu.
5. Gangguan pada sistem pencernaan tubuh (usus) merupakan gejala jet lag. Jika Anda rentan atau mengalami masalah pencernaan saat bepergian, makanlah dalam porsi kecil dan hanya saat Anda lapar.
6. Beraktivitas di luar ruangan pada pagi hingga siang hari, karena sinar matahari akan membantu Anda terbiasa dengan zona waktu baru. (emas/asar)