Jakarta, CNN Indonesia —
Anggota Dewan Energi Nasional Agus Pramono mengungkapkan potensi bahan bakar hidrogen di Indonesia. Menurut dia, seluruh komponen pendukung sudah tersedia dan pelaksanaannya tinggal menunggu instruksi Pemerintah.
Komponen pendukung yang dimaksud Agus antara lain produksi hidrogen, ketersediaan SPBU, dan mobil yang kompatibel dengan bahan bakar tersebut.
Produksi hidrogen di Indonesia terjadi melalui proses perengkahan gas alam, dimana kandungan metana diekstraksi dan direaksikan dengan uap untuk menghasilkan hidrogen.
Kedepannya, untuk mengurangi penggunaan gas alam, Indonesia dapat memproduksi hidrogen dengan metode elektrolisis, yaitu pemisahan molekul hidrogen dan oksigen dari air melalui reaksi yang disebabkan oleh arus listrik.
Aliran listrik tentunya harus berasal dari sumber yang ramah lingkungan, seperti pembangkit listrik tenaga air, panas bumi, angin atau nuklir.
Untuk stasiun pengisian bahan bakar atau stasiun pengisian hidrogen, Indonesia sudah memiliki satu yang dibangun PLN di kawasan Senayan.
Pompa ini mampu melayani semua jenis kendaraan hidrogen, mulai dari kendaraan pribadi, angkutan umum hingga kendaraan berat.
Sedangkan untuk mobil hidrogen ada Toyota Mirai yang sudah diperkenalkan di Tanah Air. Namun penjualan mobil hidrogen masih menunggu kesiapan Toyota Indonesia.
“Jadi hidrogen sudah ada, SPBU sudah ada, mobil sudah ada. Diaspal saja. Siapa yang mau menggabungkan ketiganya? Ini pemerintah yang harus ada,” kata Agus saat ditemui di Depok (30/10).
Ia mengatakan, pemerintah sebaiknya melirik Jerman yang sudah berhasil mengembangkan bahan bakar tersebut dengan memiliki empat SPBU dan akan melayani kegiatan ekspor-impor hidrogen mulai tahun 2035.
Selain itu, Agus juga berharap pemerintah segera menetapkan peraturan perundang-undangan baru untuk melaksanakan program bahan bakar hidrogen. (kanker/wanita)