Bojonegoro, CNN Indonesia —
PT Pertamina (Persero) mengukir sejarah dengan menunjukkan keseriusannya dalam memimpin Indonesia menuju kutub karbon sekaligus mengejar tujuan Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060.
Ada potensi 520 gigaton CO2 yang bisa diserap, kata Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nick Vidyavati. Jumlah tersebut memberikan peluang bagi Indonesia untuk menjadi pusat penyerapan karbon regional.
“Kita semua patut merasa bangga karena telah diberikan kesempatan untuk menjadi bagian dari catatan sejarah di Indonesia,” kata Nike pada uji coba lapangan injeksi CO2 di Interwell’s Kick Off di Lapangan Sukowati, Bojonegoro, Senin (14/10).
Ia menambahkan: Sebagai implementasi teknologi baru pada Carbon Capture Storage (CCUS), kami akan terus mengembangkannya pada Carbon Capture Storage (CCS).
Upaya Pertamina untuk membawa Indonesia menuju carbon hub, yakni dengan menyuntikkan CO2 ke sumur minyak di lapangan Sukowati, Bojonegoro. Injeksi karbon ini menggunakan metode Enhanced Oil Recovery (EOR) yang merupakan bagian dari teknologi CCUS.
Ini merupakan langkah kedua yang dilakukan Pertamina. Sebelumnya, perusahaan pelat merah itu menyuntikkan karbon ke lapangan Sukwati dengan metode huff and puff pada akhir tahun 2023.
“Keekonomian dari pilot project ini belum masuk. Ketika suatu proyek belum masuk ke dalam perekonomian maka tidak akan ada perusahaan swasta yang masuk. Sebagai BUMN, Pertamina berada dalam amanah UU BUMN, dimana kami mempunyai kewenangan dan kepercayaan untuk melakukan hal tersebut. lakukan. Penemuan Baru,” kata Nick.
Ditegaskannya, termasuk penerapan teknologi baru yang terbaik bagi Indonesia, harus kita wujudkan.
Nick menegaskan, injeksi CO2 di Sukwati merupakan eksperimen yang dilakukan Pertamina. Ditegaskannya, tanpa langkah tersebut, potensi Indonesia menjadi hub penyerapan karbon tidak akan bisa terwujud.
Pimpinan Pertamina juga menyoroti pencapaian ini sebagai bukti nyata yang akan membantu Indonesia mencapai tujuannya mencapai NZE pada tahun 2060. Katanya, ini bukan sekadar pidato.
Kami baru saja memulai perjalanan ini. Kita baru memasuki tahap kedua, masih ada tahap ketiga, keempat, dan kita akan pindah ke seluruh blok (di) Indonesia. Mewujudkan kemandirian energi dan juga net zero emisi pada tahun 2060,” ujarnya.
Injeksi karbon di lapangan Sukwati dimulai pada 8 Oktober 2024 dan diperkirakan berlanjut hingga 2 November 2024. Volume karbon yang disuntikkan sebesar 80 ton hingga 100 ton per hari.
Karbon yang digunakan saat ini masih berasal dari luar, yaitu pabrik pupuk dan industri lainnya. Namun Nick menegaskan, Pertamina akan melakukan dekarbonisasi dengan CO2 miliknya sendiri agar upaya tersebut berkelanjutan, artinya akan mengambil karbon dari proyek gas Blok Cepu dan Jambangan Tiung Biru (JTB).
“Setelah (pilot project) ini sukses, kita akan masuk ke tahap komersial pertama,” kata Nick. Jika berhasil, tentu kita juga harus membangun pipa dari Jembatan Tiong Biru (JTB).
Ditambahkannya: Saat ini (produksi minyak di lapangan Sukwati) 4.000 barel per hari, dari (well pad) A dan B. Tentu dari sana (setelah injeksi CO2) kita berharap produksinya meningkat, sekaligus (tujuannya adalah meningkat.) 14 Persentasenya tentu kita harapkan bisa lebih besar.”
Proses injeksi CO2 ini tidak akan berhenti pada tahap kedua. Chalid Said Salim, CEO Pertamina Hulu Energi (PHE) menjelaskan masih ada beberapa proses tindak lanjut, bahkan hingga tahap kelima.
Secara spesifik, tahap keempat akan dilaksanakan pada tahun 2029 dan tahap kelima pada tahun 2033. Namun ada kendala, kontrak eksplorasi Blok Cepu akan habis pada 2035.
Oleh karena itu, Chalid menegaskan PHE tengah mengupayakan proses perluasan penetapan status eksplorasi (PSE) di blok Cepu. Kawasan tersebut dikelola oleh PT Pertamina EP yang merupakan anak perusahaan PHE.
Chalid menjelaskan: “Sebagai pemberitaan, Dirut (Ketua Pertamina Nicke) juga menyatakan bahwa kami berdiskusi dengan SKK Migas tentang perpanjangan (kontrak) blok (Cepu). Untuk 20 tahun ke depan (setelah 2035),” jelas Chalid .
Jadi diskusi dimulai dan kita berharap SKK Migas dan juga (Ditjen) Migas bisa, artinya dalam hal ini pemerintah juga akan memperpanjang. Karena banyak proyek dimulai pada akhir kontrak. Dia menekankan.
(Minggu/Agustus)