Jakarta, CNN Indonesia —
Suhu panas yang dialami sejumlah wilayah di Indonesia belakangan ini diperkirakan akan segera berakhir. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat suhu maksimum 37 hingga 38,4 derajat Celcius.
Berdasarkan analisis tim ahli meteorologi BMKG, suhu panas tertinggi melanda wilayah Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, hingga 38,4 derajat Celcius.
Selanjutnya suhu 37-37,8 derajat Celcius terdeteksi melanda wilayah Majalengka di Jawa Barat, Semarang di Jawa Tengah hingga Bima di Nusa Tenggara Barat.
BMKG juga mencatat suhu 35,4-36,4 derajat Celcius melanda Kota Lampung, Bulungan di Kalimantan Utara, Sikka di Nusa Tenggara Timur, Siduarjo di Jawa Timur, Pekanbaru di Riau, dan Palembang di Sumatera Selatan.
Selain itu, suhu maksimum panas lebih dari 34,6-34,9 derajat Celcius terdeteksi di sebagian besar wilayah Jakarta dan Banten, Kalimantan Barat (Kapuas Hulu, Pontianak), Berau di Kalimantan Timur, Luwu Utara di Sulawesi Selatan, dan Kotawaringin Barat di Kalimantan Tengah.
Wakil Kepala Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan cuaca panas “memanggang” Indonesia. Salah satunya adalah dampak siklon tropis.
“Siklon tropis seperti Kong-rey yang baru-baru ini aktif di Samudera Pasifik menarik massa udara dari wilayah sekitarnya, termasuk Indonesia. Akibatnya, wilayah seperti Jawa menjadi lebih kering karena massa udara yang seharusnya membantu terbentuknya hujan. .awan tertarik ke arah tengah siklon,” jelasnya kepada fun-eastern.com, Rabu (30/10).
Suhu yang hangat juga disebabkan oleh pergerakan semu matahari pada bulan Oktober. Pasalnya, letak Matahari lebih dekat dengan garis khatulistiwa bagian selatan.
Hal ini, lanjutnya, meningkatkan intensitas penyinaran matahari di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, dan membuat suhu terasa lebih hangat.
Kapan itu berakhir?
Ardhasena mengatakan, cuaca panas di sejumlah wilayah akan segera mereda seiring dengan meningkatnya curah hujan.
“Kedepannya, seiring dengan adanya siklon tropis Kong-rey yang akan keluar dari wilayah Indonesia dan diperkirakan akan melemah serta berpotensi aktifnya gelombang Rossby khatulistiwa dan nilai OLR negatif di wilayah Jawa, maka potensi tersebut akan semakin besar. untuk pembentukan awan hujan pada hari-hari berikutnya,” ujarnya.
Menurut dia, peningkatan pembentukan awan hujan akan konsisten sehingga menurunkan suhu khususnya di Pulau Jawa.
“Dengan perkiraan akan turunnya hujan terus menerus di masa depan, suhu permukaan juga diperkirakan akan turun, terutama di wilayah Jawa,” ujarnya.
BMKG dalam laporan bertajuk ‘Prakiraan Musim Hujan Indonesia 2024/2025’ juga mengungkapkan bahwa awal musim hujan Indonesia akan dimulai pada bulan November. Meski demikian, permulaan musim hujan di tiap daerah disebut berbeda-beda.
Dimulai dari wilayah barat Sumatera yang akan memasuki musim hujan lebih awal pada bulan Agustus 2024, kemudian secara bertahap menjalar ke wilayah timur hingga bulan Desember 2024. Secara umum, sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami musim hujan pada periode Oktober-November 2024, demikian laporan BMKG.
Berdasarkan data BMKG, dari total 699 wilayah musiman (ZOM), 75 ZOM atau 10,7 persen wilayahnya memasuki musim hujan pada bulan September.
Selanjutnya, 210 ZOM atau 30,04 persen wilayah akan memasuki musim hujan pada bulan Oktober dan 181 ZOM atau 25,9 persen wilayah akan memasuki musim hujan pada bulan November.
Kemudian, puncak musim hujan akan terjadi pada bulan November hingga Desember 2024 di wilayah Indonesia bagian barat, dan pada bulan Januari hingga Februari 2025 untuk wilayah Indonesia bagian timur. (fby/fea)