Jakarta, CNN Indonesia —
Seorang pejabat Hamas membenarkan bahwa dia telah menerima proposal dari mediator Mesir dan Qatar untuk gencatan senjata jangka pendek di Gaza. Namun mereka menolak usulan tersebut karena tidak mencakup gencatan senjata jangka panjang.
Hal ini dilaporkan oleh seorang anggota biro politik Hamas yang tidak ingin disebutkan namanya karena dia tidak berwenang untuk berbicara di depan umum.
“Usulan tersebut tidak mencakup penghentian permanen agresi, juga tidak menyerukan penarikan pasukan Israel dari Jalur Gaza atau pemulangan pengungsi,” kata pejabat itu kepada AFP.
Pernyataan tersebut sejalan dengan pemimpin senior Hamas Taher al-Nunu yang memperingatkan pada Kamis (31/10) bahwa ia akan menolak usulan penghentian permusuhan untuk sementara.
Namun Nunu mengatakan Hamas saat itu belum menerima usulan resmi.
Proposal gencatan senjata “jangka pendek” yang “kurang dari sebulan” dibahas dalam pertemuan antara pimpinan Mossad David Barney, direktur CIA Bill Burns dan perdana menteri Qatar di Doha, yang berakhir pada Senin (28/10).
Proposal itu mencakup pertukaran sandera Israel dengan warga Palestina di penjara-penjara Israel dan peningkatan bantuan ke Gaza, tambah sumber itu.
Pejabat Hamas yang berbicara kepada AFP pada Jumat (11/11) mengatakan, usulan gencatan senjata sementara mencakup peningkatan jumlah truk bantuan, serta pertukaran sebagian tahanan.
Dia mengatakan bahwa kelompok tersebut menanggapinya dengan mengulangi posisinya bahwa “apa yang diinginkan rakyat Palestina adalah gencatan senjata yang lengkap, komprehensif dan permanen”.
Sebelumnya, Presiden Mesir El-Sisi mengusulkan gencatan senjata dua hari di Gaza pada akhir pekan lalu. Usulan tersebut mencakup pertukaran sandera Hamas dan tahanan Palestina di Israel.
El-Sisi mengatakan usulan gencatan senjata sementara merupakan langkah awal menuju gencatan senjata yang lebih lama.
“Negosiasi kemudian akan dilanjutkan dalam sepuluh hari untuk menyelesaikan langkah-langkah di Jalur Gaza dengan tujuan mencapai gencatan senjata sepenuhnya dan memastikan aliran bantuan,” tambahnya.
Perjanjian tersebut juga tampaknya menjadi cara untuk membangun kembali kepercayaan antara Israel dan Hamas setelah berulang kali gagal mencapai tujuan mereka. (AFP/chry)