Jakarta, CNN Indonesia —
Pada masa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto yang terpilih secara demokratis, Badan Pendapatan Negara (BPN) ditiadakan.
Anggawira, Ketua Kelompok Relawan Pengusaha Muda Nasional (REPNAS), mengatakan rencana pembentukan BPN yang menyatukan fungsi pajak, bea cukai, dan pendapatan negara lainnya dinilai sangat rumit.
Integrasi antar instansi dikatakan memerlukan waktu, koordinasi, dan perubahan birokrasi serta tidak mudah.
“Ada kekhawatiran proses ini akan memperlambat kinerja pendapatan negara dalam jangka pendek,” ujarnya kepada fun-eastern.com, Kamis (17/10).
Angawila melanjutkan, pemerintah mungkin menilai lembaga-lembaga yang ada seperti Administrasi Umum Pajak dan Administrasi Umum Kepabeanan masih sangat efektif dalam menjalankan tugasnya.
Oleh karena itu, lanjutnya, pemerintah mungkin lebih memilih untuk meningkatkan kinerja dan kolaborasi lembaga-lembaga yang ada dalam hal teknologi, digitalisasi, dan peningkatan sumber daya manusia daripada membentuk lembaga baru.
Dia melanjutkan, di tengah transisi pemerintahan dan tantangan perekonomian, fokus utama Prabowo mungkin adalah menjaga stabilitas fiskal dan pendapatan negara.
Pembentukan BPN dipandang sebagai langkah yang perlu dikaji ulang mengingat situasi perekonomian saat ini, ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, Prabowo akan menjadi Badan Pajak Nasional atau Badan Pajak Nasional yang bertujuan menaikkan tarif pajak, kebijakan yang telah diterapkan selama 10 tahun.
Badan atau departemen tersebut disebut merupakan gabungan antara Direktur Jenderal Cukai (DJP) dan Direktur Jenderal Bea Cukai (DJBC).
(Tanggal / Agustus)