Jakarta, CNN Indonesia —
Pentolan Radiohead, Thom Yorke, meletakkan gitarnya dan meninggalkan panggung pada konser solonya di Melbourne, Australia pada Rabu (30/10) setelah mendapat sorakan dari penonton Palestina.
Dalam video yang beredar di media sosial, terdengar salah satu penonton konser berteriak di atas panggung di Sidney Myer Music Bowl tentang semakin banyaknya korban di Gaza akibat pembantaian Israel di Gaza.
Sang bek bertanya kepada Yorke bagaimana dia tetap tenang menghadapi kontroversi tersebut. Yorke kemudian menanggapinya dengan meminta penonton naik ke atas panggung.
“Kemarilah dan katakan itu. Ini. Ayo! Naik ke panggung dan katakan apa yang ingin kamu katakan,” ujarnya dari CNN, Minggu (3/11).
Dia mengarahkan tangannya ke pria yang bahagia itu, dan melanjutkan, “Jangan berdiri di sana seperti pengecut, datang ke sini dan beri tahu aku.”
“Ayolah. Kamu ingin menakut-nakuti semua orang? Ayolah,” tambah Yorke, sebelum berkata, “Oke, lakukanlah.
Namun menurut pemberitaan media, Yorke kembali ke panggung menyanyikan lagu Radiohead tahun 1997, Karma Police.
Awalnya, Radiohead fokus pada keputusan band untuk tampil di Tel Aviv, Israel. Pada tahun 2017, organisasi Boikot, Devestasi, Sanksi (BDS) meminta Radiohead untuk menghancurkan Israel atas tindakannya di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.
Saat itu, Radiohead Fans for Palestine menulis surat terbuka yang meminta band rock asal Inggris itu tidak bermain di Tel Aviv.
“Warga Palestina selalu dihancurkan dan tanahnya disita. Mereka dipenjara, disiksa, dan dibunuh,” kata para pendukung buku tersebut.
Organisasi BDS juga meminta band tersebut untuk membatalkan konser dengan pentolan Pink Floyd Roger Waters dan sutradara film Inggris Ken Loach, dan meminta Yorke untuk mempertimbangkan kembali posisinya.
Namun, kelompok tersebut menolak seruan tersebut. Saat itu, Yorke mengatakan bahwa mengadakan konser di suatu negara tidak sama dengan mendukung pemerintahnya, dan bahwa musik adalah tentang melintasi batas negara, bukan membangunnya. (del/pta)