Jakarta, CNN Indonesia —
Ratusan warga Israel berdemonstrasi di Tel Aviv pada Sabtu (2/11) untuk mengungkapkan rasa frustrasinya atas kegagalan pemerintah menyepakati gencatan senjata untuk membebaskan sandera Gaza.
Para pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan seperti “Hentikan penembakan sekarang”, “Hentikan perang”, dan “Kami tidak akan meninggalkan mereka”.
Mereka juga menabuh genderang dan meneriakkan, “Mengapa mereka masih di Gaza?” mereka berteriak.
Salah satu pengunjuk rasa, Zahiro Shahar Mor (52), seorang pegawai bank, yakin ada banyak peluang untuk mengakhiri krisis ini. Namun segala kemungkinan dihalau oleh pemerintah setempat.
“Siklus kekerasan meningkat dari minggu ke minggu dan kita tidak melihat adanya akhir,” kata Mor.
Kritikus mempertanyakan mengapa gencatan senjata belum terwujud. Memang benar, Israel telah mencapai banyak tujuan perangnya, termasuk pembunuhan pemimpin Hamas Yahya Sinwar bulan lalu.
Para pejabat Israel dan AS, serta beberapa ahli, berpendapat bahwa Sinwar menghalangi perjanjian gencatan senjata dalam perang Israel-Hamas.
Penentang pemerintah terkemuka Ifat Calderon khawatir sepupunya masih ditahan di Gaza dan menyalahkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
“Setiap kesepakatan jaminan yang mereka bicarakan, dia gagal. Dia selalu menyalahkan Sinwar, tapi sekarang Sinwar sudah tiada. Tapi setiap kali dia menemukan alasan lain,” kata pria berusia 50 tahun itu kepada AFP.
“Ini adalah perang berdarah, kita harus menghentikannya. Cukup sudah. Begitu banyak tentara yang tewas. Dan warga sipil,” katanya.
Hingga serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, militan Palestina telah menyandera 251 orang, 97 di antaranya masih berada di Gaza. Tentara Israel melaporkan bahwa 34 di antaranya tewas.
Beberapa peserta rapat umum, yang diselenggarakan oleh kelompok advokasi Forum untuk Sandera dan Keluarga Orang Hilang, menyampaikan pidato kepada tentara Israel, yang kelelahan setelah lebih dari setahun bertempur di Gaza.
Sementara itu, pihak lain mengharapkan intervensi internasional, termasuk dari Amerika Serikat, yang akan mengadakan pemilihan presiden minggu depan.
“Saya berharap siapa pun [presiden AS], cukup dewasa untuk membawa anak-anak Timur Tengah dan membawa mereka ke meja perundingan,” kata Mor, salah satu pengunjuk rasa.
Ia mengaku kecewa, kecewa dan marah karena belum tercapai kesepakatan untuk membebaskan para sandera. Meski demikian, ia masih menaruh harapan pada masyarakat yang tinggal di Gaza.
Pembunuhan Sinwar telah memberikan harapan baru bagi perundingan berbulan-bulan mengenai gencatan senjata dan pembebasan sandera. Amerika Serikat, Qatar dan Mesir menjadi penengah dalam perundingan tersebut.
Seorang pejabat Hamas mengatakan organisasinya telah menerima proposal Mesir dan Qatar untuk gencatan senjata jangka pendek di Gaza. Namun, mereka tetap menolak.
(del/abad)