Jakarta, CNN Indonesia —
Beberapa angin topan sering terjadi di dekat daratan Indonesia dan menyebabkan kondisi cuaca ekstrem seperti hujan berangin, angin puting beliung, dan cuaca panas. Mengapa sering terjadi angin topan di Indonesia?
Contoh terbaru adalah Siklon Tropis Yinxing yang menimbulkan dua dampak berbeda di Indonesia, yaitu berkurangnya curah hujan di beberapa wilayah dan meningkatkan curah hujan di wilayah lain.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga melaporkan salah satu pemicu cuaca hangat yang terjadi pada akhir Oktober lalu adalah siklon tropis Kong-Rey.
Menurut BMKG, Siklon Tropis Kong-Rey menyebabkan sejumlah wilayah di Indonesia bagian selatan seperti Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara “terpanggang” karena badai ini menyedot banyak udara.
Akibatnya, area ini menjadi lebih kering karena udara masuk sehingga membantu menciptakan awan hujan di tengah badai.
Guswanto, Wakil Presiden Bidang Meteorologi BMKG, menjelaskan terjadinya badai besar merupakan hal yang lumrah dan wajar. Badai kuat kini terlihat di bagian utara selama bulan September hingga November.
Namun seiring pergantian musim, badai hebat berpeluang terjadi di wilayah selatan antara bulan November dan April. Emisi ini disebabkan oleh energi panas permukaan laut.
Di belahan bumi utara, energi angin tropis selalu bersumber dari suhu permukaan laut di Samudera Pasifik, dengan penurunan suhu 5 hingga 6,5 derajat Celcius. Sementara di selatan, energinya lebih kuat sehingga mendukung terbentuknya badai tropis akibat panasnya air laut di sekitar Indonesia.
“Kalau kita lihat, energi yang digunakan siklon tropis di wilayah utara rata-rata berasal dari energi panas lautan yang memiliki gradien suhu 5 hingga 6,5 derajat, berasal dari Samudera Pasifik yang letaknya” akan tumbuh di Samudera Pasifik, kemudian melewati Filipina hingga Asia (Timur),” jelas Guswanto dalam Konferensi Pers Climate Outlook 2025 yang ditayangkan di kanal YouTube BMKG, Senin (4/11).
Dwikorita Karnawati, Direktur BMKG, menambahkan peningkatan frekuensi angin topan disebabkan oleh perubahan iklim.
Dwikorita menjelaskan, meskipun iklim di Indonesia biasanya bersifat musiman, namun terdapat pengaruh faktor eksternal seperti gelombang khatulistiwa dan Madden-Julian Oscillation (MJO) yang dapat menyebabkan cuaca buruk, cuaca buruk.
“Ada kemungkinan peningkatan kondisi ekstrem dengan munculnya siklon tropis yang seringkali berkembang dengan kekuatan yang bisa parah,” kata Dwikorita. kata Dwikorita.
Contohnya adalah Badai Seroja yang terjadi di wilayah tropis Indonesia, meskipun secara teori badai tidak terjadi di wilayah tersebut. Dwikorita menghubungkan hal tersebut dengan anomali suhu permukaan dan tekanan atmosfer yang sedang dipelajari lebih lanjut.
Namun anomalinya adalah terjadinya siklon tropis di wilayah tropis (termasuk wilayah Indonesia), yakni karena adanya anomali suhu laut dan anomali tekanan atmosfer, ”pungkasnya.
(wnu/dmi)