Jakarta, CNN Indonesia —
Indonesia memiliki beberapa pahlawan nasional perempuan yang telah memberikan kontribusi luar biasa bagi kemandirian dan kemajuan bangsa.
Para pahlawan Indonesia ini berjuang tidak hanya dengan senjata, tetapi juga melalui pendidikan, diplomasi, dan pemberdayaan sosial.
Pahlawan perempuan ini juga ikut serta dalam perjuangan melawan kolonialisme, pengusiran penjajah dan perjuangan hak-hak perempuan.
Di bawah ini adalah nama-nama pahlawan nasional wanita yang menciptakan sejarah bangsa Indonesia 1. R.A. Gambar
Lahir di Jepara, Jawa Tengah, pada tahun 1879, Raden Ayeng Kartini merupakan pionir kebangkitan perempuan pribumi.
Kartini ingin mengangkat derajat perempuan melalui pendidikan agar mereka memperoleh hak dan keterampilan yang sama dengan laki-laki. Oleh karena itu, Kartini juga dianggap sebagai pahlawan. pelopor emansipasi perempuan.
Kartini mendirikan sekolah khusus perempuan di Jepara, Jawa Tengah. Menurutnya, Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan sebagai makhluk yang setara dan kedudukannya tidak boleh berbeda. Cut Nyak Dien
Kat Nyak Dien adalah pahlawan wanita Aceh yang lahir di Lampadang, Kerajaan Aceh. Kat Nyak Dien melawan pasukan kolonial Belanda pada Perang Aceh tahun 1873-1904.
Istri pahlawan nasional Teuku Umar ini merupakan sosok yang berperan penting bagi masyarakat Aceh baik dalam bidang politik maupun bidang lainnya.3. Potong Nyack Meutia
Pahlawan nasional wanita selanjutnya yang masih berasal dari Aceh adalah Kat Nyak Meutia yang merupakan pemimpin unit gerilya Aceh yang berperang melawan pasukan kolonial Belanda.
Sejak kecil orang tuanya mengajarinya akidah Islam, cara hidup amar ma’ruf nahi munkar.
Rezana Meutia memimpin dalam pertempuran yang tidak seimbang dalam jumlah dan senjata, hingga akhirnya mengakibatkan dia terbunuh setelah terkena tiga peluru.4. Dibuat oleh Dewi Sartika
Raden Devi Sartika merupakan pahlawan nasional yang juga merupakan pionir dalam bidang pendidikan bagi perempuan Jawa Barat. Ia mendirikan sekolah pertama untuk wanita Sudan di Bandung, Jawa Barat.
Pada tanggal 16 Januari 1904, sekolah tersebut diberi nama Sekolah Istrian di Pendopo. Sekolah tersebut kemudian berganti nama menjadi Sekolah Kaoetaman Istri pada tahun 1910 dan kembali menjadi Sekolah Raden Dewi pada bulan September 1929.
Devi Sartika juga menulis artikel berjudul “De Inlandsche Vrouw” yang berarti “Perempuan Bumiputera”, ia menginginkan persamaan hak antara laki-laki dan perempuan dalam hal pekerjaan dan pendidikan.5. Nai Ahmad Dahlan
Nyai Ahmad Dahlan atau Siti Walida adalah seorang emansipator perempuan asal Yogyakarta yang ikut serta dalam perundingan militer dengan Jenderal Sudirman dan Presiden Sukarno.
Ia memprakarsai berdirinya perkumpulan wanita Islam di Sopo Tresno pada tahun 1914. Perkumpulan ini fokus pada tiga bidang yakni masalah dakwah, pendidikan, dan sosial.
Ia juga mendirikan panti asuhan untuk anak perempuan yang dibangun di rumahnya, yang memberikan pendidikan agama, amalan keagamaan, serta latihan berbicara dan berdakwah.
Nyai Ahmad Dahlan terus melanjutkan perjuangannya bahkan setelah suaminya meninggal. Beliau mendidik generasi muda, khususnya muslimah, untuk menjadi pekerja keras, gigih, dan berpendidikan.
6. Haja Rangkayo Rasuna Said
SDM Rasuna Said dikenal sebagai pejuang kemerdekaan Indonesia yang mencetuskan gerakan Rasuna Said sebagai seorang remaja putri Islam asal negara Minangkabau.
Saat itu masih banyak perempuan Minanga yang terikat oleh adat dan agama. Namun Rasuna dengan segala keberaniannya menjadi pionir gerakan perempuan Minangkabau, tanpa melanggar adat dan agama.
Usahanya di bidang pendidikan juga menarik perhatian masyarakat pedesaan kepada PERMI (Partai Muslim Indonesia).7. Kota Rohan
Siti Rohana atau dikenal juga dengan Rohana Kudus merupakan jurnalis pertama di Indonesia yang berasal dari Sumatera Barat.
Ia dikenal karena kegigihannya memperjuangkan nasib perempuan saat itu, mendirikan surat kabar Soenting Melajoe untuk menampung pendapat perempuan, dan mendirikan sekolah perempuan untuk pelatihan keterampilan.
Pada tahun 2019, Rohana Kudus ditetapkan sebagai pahlawan nasional oleh Pemerintah berdasarkan Keputusan Kementerian Sosial Nomor 555/3/PB/.05.01/11/2019 tanggal 7 November 2019. 8. Ratu Kalinyamat
Ratu Kalinyamat adalah seorang pejuang wanita asal Jepar, Jawa Tengah, yang hidup pada masa awal berkembangnya Islam di nusantara.
Pada masa pemerintahannya di Jepar, beliau dikenal sebagai seorang patriot, pemberani dan ahli strategi militer yang berhasil menciptakan kekuatan angkatan laut yang berani mempertahankan tanah airnya dari penjajah.9. Marta Khrystyna Tiyakhahu
Martha Christina Tiahahu merupakan pahlawan wanita asal Maluku yang dianggap sebagai pejuang kemerdekaan yang unik.
Ia dikenal sebagai putri remaja yang berperang melawan tentara kolonial Belanda pada Perang Pattimoor tahun 1817.
Martha Christina adalah putri Kapten Paulus Tiyahagu. Ia selalu mendampingi ayahnya dalam setiap pertempuran, antara lain perlawanan di Saparua tahun 1817, perlawanan perebutan Benteng Beverwijk serta pertempuran di distrik Ulat dan Ouve.10. Maria Valanda Maramis
Maria Valanda Maramis adalah pahlawan wanita Indonesia yang berasal dari Sulawesi Utara. Dia adalah seorang guru dan pejuang hak-hak perempuan.
Ia juga dikenal sebagai sosok yang mendobrak tradisi, memperjuangkan kemajuan, dan melakukan emansipasi perempuan di dunia politik dan pendidikan.
Pada tanggal 8 Juli 1917, Maria mendirikan organisasi “Cinta Ibu kepada Anak” (PIKAT). Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan pendidikan perempuan Minahasa.
Pada tahun 1919, Maria berhasil memperjuangkan perempuan Minahasa mempunyai hak pilih untuk memilih wakil rakyat di Dewan Minahasa 11. Laksamana Malahayati
Keumalahayati adalah pahlawan nasional Kesultanan Aceh yang lahir di Aceh-Besar pada tahun 1550. Wanita galak asal Aceh ini pernah berperang melawan kapal dan benteng Belanda sekitar tahun 1599.
Berkat keberaniannya, Malahayati mendapat pangkat laksamana. Namun sayang, ia harus gugur mempertahankan Teluk Krueng Raya dari serangan Portugis pada tahun 1615. Nyi Ageng Serang
Nyi Ageng Serang atau Raden Ajeng Kustiyah Wulaningsih Retno Edi merupakan keturunan Sunan Kalijaga dari Purwodadi, Jawa Tengah.
Ia merupakan putri Pangeran Natapraja yang pernah berperang melawan penjajah bersama ayah dan kakak laki-lakinya yaitu Kyai Ageng Serang.
Walaupun ayah, suami, dan kakak laki-lakinya gugur dalam pertempuran melawan penjajah, namun ia tidak pernah menyerah dan terus memimpin pasukannya untuk berperang melawan pasukan Belanda.
Bahkan, Pangeran Diponegoro mengakui kepiawaian Nyi Ageng Serang dalam menyusun strategi sehingga ia dipercaya menjadi salah satu penasehatnya.13. Opu Daeng Risaju
Opu Daeng Risadju adalah pahlawan Indonesia asal Sulawesi Selatan yang berperan besar dalam perlawanan terhadap tentara NICA yaitu tentara penjajah Belanda.
Dengan semangatnya yang besar dalam membela tanah air, Opu Daeng menginspirasi semangat pemuda Indonesia untuk berjuang melawan tentara NICA.
Inilah sederet pahlawan nasional Indonesia yang telah menunjukkan bahwa perjuangan kemerdekaan dan kemajuan bangsa tidak mengenal gender.
Nyatanya, semangat dan nilai-nilai perjuangan mereka tetap relevan menjadi sumber inspirasi bagi generasi muda Indonesia, khususnya perempuan, untuk ikut serta dalam pembangunan bangsa. (avd/juh)