Jakarta, CNN Indonesia —
Satelit kayu pertama tiba di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) pada Selasa (5/11).
Satelit buatan Jepang bernama LignoSat ada di dalam kapsul kargo Dragon milik SpaceX.
LignoSat hanya berukuran 10 sentimeter di setiap sisinya, tetapi bisa berdampak besar pada penerbangan luar angkasa dan penelitian.
“Meskipun beberapa dari Anda mungkin berpikir bahwa pesawat ruang angkasa kayu sedikit berbeda, para peneliti berharap penelitian ini menunjukkan bahwa satelit kayu bisa lebih tahan lama dan lebih sedikit polusi dibandingkan satelit konvensional,” kata Meghan Everett, wakil ilmuwan tim tersebut. Program Stasiun Luar Angkasa Internasional NASA, diambil dari Luar Angkasa, Rabu (6/11).
Satelit konvensional biasanya terbuat dari aluminium. Ketika mereka terbakar di atmosfer bumi pada akhir masa pakainya, satelit-satelit ini melepaskan aluminium oksida, yang dapat mengubah suhu bumi dan menghancurkan lapisan pelindung ozon.
Jenis risiko ini meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah orang di orbit, karena munculnya megakonsentrasi seperti perluasan jaringan Starlink SpaceX. Starlink saat ini diketahui memiliki sekitar 6.500 satelit.
Oleh karena itu, ketersediaan satelit mahal seperti LignoSat mungkin menjadi bagian dari solusi masa depan. Anggota tim misi mengatakan satelit, yang menggantikan aluminium di pohon magnolia, tidak akan melepaskan polutan ke udara ketika jatuh ke Bumi.
“Satelit besi mungkin dilarang di masa depan,” kata Takao Doi, pensiunan profesor Jepang di Universitas Kyoto.
“Jika kami bisa membuktikan satelit kayu pertama berhasil, kami ingin memberikannya kepada SpaceX milik Elon Musk,” tambahnya.
LignoSat dikembangkan oleh para peneliti di Universitas Kyoto dan perusahaan penebangan kayu Sumitomo Forestry yang berbasis di Tokyo. Satelit ini akan segera mendapat kesempatan untuk membuktikan dirinya.
Sekitar sebulan dari sekarang, satelit kubus ini akan diluncurkan ke orbit dari modul Kibo di ISS.
Jika semuanya berjalan sesuai rencana, perangkat elektronik di dalamnya akan merekam dan mengirimkan data selama enam bulan ke depan.
“Mahasiswa peneliti akan mengukur suhu dan tekanan pada pepohonan serta mengamati perubahan lingkungan, serta kondisi atmosfer dan atom,” kata Everett.
Anggota tim LignoSat mengatakan keberhasilan uji coba ini bisa berdampak di luar orbit Bumi.
“Mungkin terlihat kuno, namun kayu sebenarnya merupakan teknologi modern ketika peradaban berpindah ke Bulan dan Mars,” kata Kenji Kariya, direktur Sumitomo Forestry Tsukuba Research Institute.
“Perluasan ruang juga akan mendongkrak industri perkayuan,” lanjutnya.
(Senin/Minggu)