Jakarta, CNN Indonesia —
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mendeteksi munculnya siklon tropis Yinxing di wilayah utara Indonesia. Apa dampaknya?
BMKG menyebutkan Siklon Tropis Yinxing teramati di Laut Filipina dengan kecepatan maksimum 75 knot dan tekanan atmosfer minimum 970 hPa.
Siklon ini terpantau menjauhi wilayah Indonesia, namun pertumbuhan siklon ini akan meningkat dalam 24 jam ke depan.
Menurut BMKG, meski Siklon Tropis Yinxing menjauh dari wilayah Indonesia dan kini berada di sekitar Laut Filipina, namun siklon tersebut masih akan berdampak pada cuaca dan kondisi perairan Indonesia dalam 24-48 jam ke depan.
Pertumbuhan siklon tropis ini secara tidak langsung dapat mempengaruhi cuaca dan kondisi perairan di Indonesia dalam 24-48 jam ke depan berupa hujan sedang hingga lebat di beberapa wilayah antara lain Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara. kata Deputi Meteorologi BMKG Guswanta dalam keterangan resminya, Rabu (6/11).
Selain hujan lebat, siklon ini juga menyebabkan peningkatan tinggi gelombang laut di beberapa perairan Indonesia, antara lain perairan Kepulauan Sangihe Talaud, Laut Maluku, dan Samudera Pasifik utara Halmahera, dengan tinggi gelombang 1,25 hingga 2,5 meter. .
Sebagai langkah mitigasi, BMKG menghimbau pengguna dan pelaku angkutan khususnya laut dan udara untuk mewaspadai cuaca buruk dan selalu memantau kondisi cuaca, ketinggian angin dan gelombang dengan menggunakan informasi yang disediakan BMKG.
“Kami juga mengimbau kepada pengguna, penyedia jasa transportasi, dan operator transportasi, khususnya laut dan udara, untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya kondisi cuaca ekstrem,” kata Gusvanta.
Sementara itu, Direktur Meteorologi Publik Andri Ramdhani menemukan fenomena gelombang Kelvin dan Rossby di khatulistiwa yang menyebabkan peningkatan massa uap air lembab. Hal ini mendukung tumbuhnya awan hujan di wilayah tertentu.
Ia juga menjelaskan, kondisi labilitas lokal yang tinggi serta konvergensi dan perlambatan angin di berbagai wilayah Indonesia dapat meningkatkan peluang terbentuknya awan hujan di beberapa wilayah.
Oleh karena itu, pada minggu depan masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini terhadap potensi kondisi cuaca ekstrem dan bencana hidrometeorologi susulan yang mungkin terjadi di Indonesia, ujarnya.
Mengapa sering terjadi siklon tropis di Indonesia?
Serangkaian siklon tropis muncul semakin dekat ke Indonesia dan menyebabkan kondisi cuaca signifikan.
Misalnya, Siklon Tropis Yinxing mempunyai dua dampak berbeda terhadap Indonesia, yaitu berkurangnya curah hujan di beberapa wilayah dan peningkatan curah hujan di wilayah lain.
Selain Siklon Tropis Yinxing, BMKG juga mengungkapkan salah satu penyebab panas yang terjadi pada akhir Oktober lalu adalah Siklon Tropis Kong-Rey.
Menurut BMKG, Siklon Tropis Kong-Rey menyebabkan beberapa wilayah di Indonesia bagian selatan seperti Jawa, Bali, dan Tenggara Kecil “terpojok” karena siklon tersebut menarik massa udara.
Akibatnya, wilayah tersebut menjadi lebih kering karena massa udara yang seharusnya berkontribusi terhadap pembentukan awan hujan tertarik ke pusat siklon.
Menurut Guswant, terjadinya siklon tropis sebenarnya merupakan kondisi yang wajar dan fenomena yang lumrah. Saat ini, siklon tropis terjadi di wilayah utara antara bulan September dan November.
Namun seiring pergantian musim, siklon tropis berpeluang muncul di wilayah selatan antara November dan April. Keadaan darurat ini disebabkan oleh energi yang berasal dari suhu permukaan laut.
Di wilayah utara, energi siklon tropis biasanya berasal dari suhu permukaan laut di Samudera Pasifik dengan gradien suhu 5 hingga 6,5 derajat Celcius. Sedangkan di wilayah selatan, energi pendukung terbentuknya siklon tropis lebih banyak dipengaruhi oleh suhu air laut di sekitar Indonesia.
“Kalau kita lihat, energi yang digunakan siklon tropis yang muncul di wilayah utara rata-rata berasal dari energi suhu permukaan laut, dimana terdapat gradien suhu lebih dari 5 hingga 6,5 derajat, berasal dari Pasifik. Samudera yang tumbuh di Pasifik, kemudian melewati Filipina dan berakhir di Asia (Timur), ”jelas Gusvanta.
Dvikorita Karnavati, Kepala BMKG, juga menambahkan, peningkatan frekuensi siklon tropis dapat disebabkan oleh perubahan iklim global.
Dwikarita menjelaskan, meskipun iklim Indonesia secara umum normal sepanjang tahun, namun terdapat pengaruh faktor eksternal seperti gelombang khatulistiwa dan Madden-Julian Oscillation (MJO) yang dapat menyebabkan kejadian cuaca ekstrem, termasuk siklon tropis.
“Ada kecenderungan kondisi yang lebih ekstrim, termasuk terjadinya badai tropis yang relatif lebih sering terjadi dengan intensitas yang mungkin meningkat,” kata Dwikarita. – kata Dwikarita.
(wnu/dmi)