Jakarta, CNN Indonesia —
PT Bank Negara Indonesia atau BNI siap mendukung pembiayaan program di bawah ini yang merupakan salah satu tujuan pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan keputusan Presiden Prabowo untuk melanjutkan program bawah tanah yang dilaksanakan pada masa pemerintahan Joko Widodo berarti tidak ada keraguan bagi perusahaan untuk hadir.
Hal ini juga mencakup program keamanan pangan yang akan dilaksanakan, termasuk promosi pangan.
“Tidak ada keraguan dari kami di BNI bahwa kami tidak mendukungnya karena tentu akan menambah nilai harapan kami dalam mendanai banyak pengusaha yang terdampak di bawah ini dan ketahanan pangan,” kata Royke saat memaparkan pendapatan BNI kuartal III. Jumat lalu (25/10).
Menurut dia, dukungan pembiayaan terhadap perusahaan-perusahaan yang berada di bawah target peningkatan kredit yang ditetapkan oleh BNI adalah hal yang tepat. Pada akhir tahun ini, utang diperkirakan meningkat 10-12 persen.
“Kami pasti dukung ini sesuai dengan ekspektasi kami terhadap pertumbuhan baik utang maupun pendapatan,” jelasnya, triwulan III 2024 mencapai Rp 16,3 triliun.
Royke menjelaskan pada kuartal III 2024, BNI mampu meraup keuntungan Rp 16,3 juta karena pemulihan pendapatan dan pemeliharaan aset.
Pada tahun 2024, peningkatan pendapatan pihak ketiga (DPK) BNI berasal dari pertumbuhan simpanan konsumer, sesuai rencana reformasi pendanaan. Hal ini berimplikasi pada pemulihan biaya kepemilikan (CoF) BNI yang tercermin pada pendapatan bunga bersih (NIM) pada Q3 2024.
Pertumbuhan ini didukung oleh rancangan program perusahaan, termasuk nomor ponsel terbaru yang luar biasa dari BNI serta perubahan komunikasi cabang yang fokus pada budaya nasabah.
Menurut Royke, kestabilan BNI pada kuartal III 2024 mencerminkan kemampuan perseroan dalam menghadapi tantangan perekonomian di dalam negeri dan dunia.
“Transformasi bisnis yang selalu kami lakukan telah memperkuat pilar-pilar BNI sehingga kami dapat memanfaatkan peluang untuk mempercepat pertumbuhan,” jelasnya.
BNI juga mencatat loan spread meningkat 9,5 persen (year-on-year) menjadi Rp 735 triliun, didukung oleh segmen risiko. Utang korporasi blue chip, baik dari swasta maupun BUMN serta instansi pemerintah, utang konsumen dan kontribusi anak perusahaan menjadi sumber utama pertumbuhan.
“Fokus perubahan tahun ini adalah perbaikan penataan dana pihak ketiga, dan harapannya penyaluran dana ke depannya akan lebih baik lagi,” tutupnya.
(ldy/pta)