Jakarta, CNN Indonesia —
Selebriti menjadi viral karena bercerita tentang menjadi korban perselingkuhan. Dalam keterangannya, dia mengaku berbagi pengalamannya untuk memberikan efek jera kepada istri dan wanita yang dijodohkannya.
Pertanyaannya, adakah yang membuat si penipu menderita dan tidak mengulanginya?
Psikolog klinis Mira Damainti Amir mengatakan banyak faktor yang bisa mempengaruhi perselingkuhan.
Banyak faktornya. Seperti peluang, lingkungan, atau emosinya, jelas Mira saat dihubungi fun-eastern.com, Rabu (7/11).
Sayangnya, orang yang pernah berselingkuh sulit ‘melupakannya’. Hal ini juga berlaku jika kisah perselingkuhannya viral di media sosial. Perilaku menyontek bisa saja terulang kembali.
Kalau dia merasa terancam oleh pasangannya, ya, dia bisa selingkuh lagi,” tambah Mira.
Mira menjelaskan, perlu upaya lebih untuk pulih dari sifat curang.
“Kalau punya kebiasaan, usahakan [sembuh] ya, mungkin kalau sudah tua nanti berhenti [selingkuh]. Karena selingkuh itu sendiri, ya bisa karena ada peluang,” kata Mira.
Hal ini juga dapat dipengaruhi oleh proses pendewasaan seseorang. Beberapa orang mengalami proses pematangan yang lambat.
“Kalau tua, nggak matang prosesnya [tumbuh dewasa] ya, [selingkuh] lagi dan lagi,” pungkas Mira menyikapi masalah perselingkuhan dengan tenang.
Sebuah pakaian memang bisa melukai perasaan siapa pun. Hanya saja, lanjut Mira, ketenangan tetap diperlukan untuk menghadapi masalah pengkhianatan.
Menurut Mira, membicarakan hubungan di media sosial dan memberi tahu semua orang tidak efektif memberikan efek jera kepada pelaku.
“Kami sangat memahami motivasi seseorang [mengandalkan romantisme di media sosial]. Namun, itu masih tidak efektif dan [pelakunya] bisa kambuh lagi,” kata Meera.
Disarankan untuk memikirkan baik-baik setiap langkah yang Anda ambil. Jangan biarkan penyesalan menumpuk dan berdampak buruk pada kesehatan mental Anda. (pl/asr)