Jakarta, CNN Indonesia —
Kementerian Kebudayaan (Kemenbud) berencana menggabungkan beberapa aturan terkait kebudayaan dalam satu undang-undang. Rencana ini diambil karena Kementerian Kebudayaan bermaksud menyederhanakan regulasi di bidang kebudayaan.
Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengutarakan niatnya untuk merampungkan aturan yang akan menjadi Omnibus Law Kebudayaan yang mulai diterapkan pada tahun 2025.
Mungkin tahun depan kita akan mulai menulis UU Kebudayaan,” kata Fadli Zon dikutip Antara, Senin (4/11).
“Saya kira harusnya besar-besaran, kalau tidak terlalu banyak. Nanti ada UU Museum, UU Musik, mungkin nanti ada yang mengusulkan lagi,” sambungnya.
Dijelaskan Fadli Zon, Omnibus Law Kebudayaan digagas dalam rangka menggabungkan beberapa peraturan kebudayaan ke dalam satu kerangka hukum yang terintegrasi.
Kerangka hukum tampaknya lebih sederhana dan terstruktur, dan aturan budaya tidak lagi tersebar seperti sekarang.
Kementerian Kebudayaan dipastikan akan membentuk kelompok khusus untuk mengkaji rencana penyederhanaan regulasi kebudayaan. Meski demikian, Fadli mengatakan pihaknya saat ini masih membentuk organisasi di Kementerian Kebudayaan, karena baru berdiri.
“Saat ini kita masih dalam tahap awal pengorganisasian di kementerian baru, kita masih bicara SOTK (Susunan Organisasi dan Tata Kelola), bahkan saat ini kita belum punya pejabat,” kata Fadli.
Fadli Zon masih banyak membeberkan rencana dan misi lain sejak menjabat Menteri Kebudayaan. Dia setuju untuk mencoba pemerataan jumlah bioskop di seluruh Indonesia.
Dijelaskan Fadli, upaya ini dilakukan agar fasilitas dan akses layar besar tidak hanya terkonsentrasi di kota-kota besar.
Ia mencontohkan, jumlah layar bioskop di Indonesia relatif kecil dibandingkan jumlah penduduknya dan terkonsentrasi di perkotaan, khususnya di Pulau Jawa.
Tak hanya itu, Fadli Zon juga mengutarakan pentingnya menghadirkan genre film berbeda sebagai salah satu cara memperluas pasar film Indonesia.
Genre seperti drama, musik, sejarah, dan petualangan diketahui masih banyak diproduksi selama ini. Namun politikus Partai Gerindra ini menilai ketakutan lebih banyak terjadi pada film-film dalam negeri.
“Menurut saya, film-film yang bertema nasional atau sejarah juga patut mendapat pujian,” ujarnya. (frl/chri)