Jakarta, CNN Indonesia —
Mantan Menteri Kebudayaan Palestina Atef Abu Saif bersaksi tentang pembantaian Israel di Jalur Gaza.
Kesaksian itu terungkap saat Saif melakukan wawancara eksklusif dengan fun-eastern.com di Perpustakaan Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Rabu (23/10). Ia berkunjung ke RI untuk mempromosikan dan mendiskusikan buku yang ditulisnya.
“Pesawat-pesawat itu menghancurkan semua rumah.” Saya mengalami semua perang di Gaza, di Gaza, di Gaza. ujar Atef.
Israel menyerang dan menyatakan perang terhadap Palestina pada 7 Oktober 2023.
Ketika serangan dimulai, Saif sedang berenang di pantai utara. Ini adalah pertama kalinya dalam setahun dia berenang.
Namun, sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi.
Tanpa peringatan, roket dan ledakan terdengar dari segala arah, kata Saif dalam bukunya.
Kisah penyerangan Israel pada tiga bulan pertama juga tercatat dalam buku yang ditulisnya dengan judul “Diary of Genocide”.
Saat diwawancara fun-eastern.com, Atef bercerita bahwa ayahnya meninggal setelah ia menyelesaikan buku tersebut.
“Ayah saya meninggal dalam perang karena kekurangan makanan dan obat-obatan, dan pada bulan April setelahnya, saya menyelesaikan buku ini,” katanya.
Ia pun menuturkan, momen paling menyedihkan adalah saat ia berkunjung ke rumah salah satu rekannya.
Saat itu Israel menyerbu wilayah tersebut. Rumah-rumah juga hancur akibat serangan membabi buta yang dilakukan pasukan Zionis.
Saif dan beberapa temannya seperti Faraz dan Adam berusaha menyelamatkan orang.
Mereka berusaha menyelamatkan semua orang yang terjebak di bawah reruntuhan.
Saif dan rekan-rekannya menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengeluarkan beton dan batu bata untuk mengangkat orang-orang dari bawah reruntuhan.
“Dan ketika kami membesarkan salah satu dari laki-laki itu, kami mengetahui bahwa dia adalah anak Adam,” katanya.
Saif juga melihat masyarakat di Gaza hanya duduk dan menangis sepanjang malam. Kesedihan menyebar sepanjang malam.
Perasaan sedih ini, kata dia, seolah menjadi duka nasional dan penderitaan kolektif.
“Dan salah satu hal terburuknya adalah Anda tidak punya waktu untuk menangis dan melolong,” kata Saif.
Kemudian dia berkata, “Jika seseorang meninggal dan Anda ingin menangis karenanya, Anda harus memompa darahnya lagi, dan kemudian Anda memikirkan sesuatu yang baru yang hilang.”
Israel melancarkan serangan ke Palestina pada Oktober 2023. Selama operasi tersebut mereka menghancurkan banyak hal, termasuk warga sipil.
Lebih dari 42.500 orang tewas dalam serangan Israel, dan jutaan penduduk terpaksa meninggalkan rumah mereka. (dipimpin/rds)