Jakarta, CNN Indonesia —
Akhir-akhir ini dunia dihebohkan dengan berita duka mengenai iklim dan cuaca ekstrem atau semakin buruk.
Laporan terbaru mengenai badai di Spanyol, Eropa Tengah, Florida, Amerika Serikat atau gelombang panas yang melanda Yunani dan Portugal membuktikan bahwa dunia sedang menghadapi kondisi cuaca ekstrem dengan konsekuensi yang sangat serius.
Apa sebenarnya cuaca ekstrem itu? Cuaca ekstrem dapat mencakup segala hal mulai dari kebakaran hutan, suhu tinggi, hingga banjir, seperti yang dialami Spanyol baru-baru ini.
Menurut majalah “Time Out”, semua bencana ini merupakan akibat langsung dari perubahan iklim yang disebabkan oleh ulah manusia.
Menurut Badan Lingkungan Hidup Eropa, kebakaran hutan telah menghancurkan 370.000 hektar hutan pada tahun ini saja, dan berdampak pada dua juta orang pada musim panas terpanas tahun 2024.
Ini adalah kenyataan yang mengejutkan tentang keadaan planet kita, satwa liar yang kita cintai, dan pemandangan alam menakjubkan di sekitar kita.
Bukan tidak mungkin situasi ini akan berdampak pada industri pariwisata, mungkin lebih cepat dari perkiraan.
International Travel Market yang berkantor pusat di London baru-baru ini merilis Laporan Perjalanan Global, yang menemukan bahwa 29% wisatawan menghindari perjalanan tahun lalu karena cuaca buruk.
Hal ini terutama berlaku untuk Generasi Z.
Untuk memahami dampak cuaca ekstrem yang terjadi, mari kita bahas “hari cuaca cerah”.
Istilah tersebut berasal dari penelitian yang dilakukan oleh Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan mengacu pada hari-hari ketika kita bisa menikmati alam bebas dengan nyaman.
Global Travel Report merilis serangkaian statistik untuk mengukur dampak perubahan iklim pada tahun 2100. Menurut penelitian, Thailand akan memperoleh kenyamanan luar ruangan selama 55 hari (hampir 9 minggu), sedangkan Kanada akan memperoleh 23 hari.
Jadi apa yang bisa kita lakukan? Menurut Tourism Economics, hanya 53% wisatawan yang mengatakan bahwa mereka berupaya mengurangi jejak karbon saat bepergian.
Namun, platform seperti Booking.com mengatakan bahwa pada tahun 2023, 74% wisatawan menginginkan industri perjalanan yang lebih ramah lingkungan.
Namun isu “greenwashing” (strategi pemasaran yang digunakan perusahaan untuk menciptakan citra yang benar-benar ramah lingkungan guna meningkatkan penjualan) seringkali menimbulkan ketidakpercayaan di kalangan wisatawan.
Ini adalah berita yang menyedihkan dan menyedihkan, tetapi ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk melakukan lebih banyak manfaat daripada kerugian saat bepergian.
Salah satunya adalah menjadi wisatawan yang lebih ramah lingkungan dan saling mengingatkan akan bahaya pembangunan alam. (aur/wiw)