Jakarta, CNN Indonesia –
Direktur Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Muhammad Wafid mengimbau masyarakat sekitar Gunung Iya di wilayah Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk waspada akibat meningkatnya aktivitas gunung berapi.
“Masyarakat sekitar G. Iya dan pengunjung/wisatawan diimbau untuk tidak melakukan aktivitas apapun dalam radius 3 km dan 5 km arah selatan KRB III dan KRB II (kawasan rawan bencana) baik di darat maupun di laut. Sabtu, November 2009 , Muhammad Wafid dalam keterangan tertulisnya mengatakan, “Potensi ancaman tsunami yang berasal dari kawah aktif Gunung Yes.”
Hasil pemantauan visual dan instrumental Badan Geologi menunjukkan aktivitas Gunung Iya semakin meningkat dan berpotensi menimbulkan bahaya. Oleh karena itu, potensi aktivitas Gunung Iya dinaikkan dari Level II (Peringatan) menjadi Level III (SIAGA) mulai pukul 18.00 tanggal 5 November 2024, menurut WITA.
Pemantauan yang dilakukan pada 1 Oktober hingga 9 November 2024 menunjukkan asap berwarna putih dan abu-abu dengan intensitas ringan hingga sedang yang keluar dari kawah utama pada ketinggian kurang lebih 10 hingga 300 meter di atas puncak.
Kemudian, pada 5 November, dari hasil pengamatan visual kawah menggunakan drone, terekam asap berwarna abu-abu muda yang membubung dari kawah sekitar 50 meter di atas puncak.
Pantauan WIB pukul 08.41 pagi tadi menunjukkan gumpalan kawah putih dengan intensitas sedang hingga tebal bertiup ke arah barat pada ketinggian 100 hingga 300 meter di atas puncak. Curah hujan yang tinggi disebut meningkatkan intensitas asap yang berasal dari fumarol di dinding luar kawah Gunung Iya.
Aktivitas seismik terakhir yang tercatat terjadi pada 5 November. Sebanyak empat gempa vulkanik dalam berkekuatan MMI 3 terjadi.
“Meningkatnya gempa vulkanik di Gunung Iya menunjukkan adanya pergerakan magma dari daerah dalam ke dangkal, diikuti oleh kegempaan dangkal yaitu gempa berfrekuensi rendah dan gempa tremor yang mengindikasikan pergerakan magma mendekati permukaan .Iya akan meletus. “Ada,” kata Wafid.
Selain gempa vulkanik, patut juga diperhatikan gempa tektonik skala besar yang terjadi di sekitar Gunung Iya. Pasalnya, gempa ini kemungkinan besar akan mempengaruhi aktivitas vulkanik gunung tersebut.
Sebagai referensi, gunung dengan ketinggian 637 meter di atas permukaan laut ini merupakan stratovolcano dengan sejarah letusan tercatat dalam rentang waktu 1 hingga 60 tahun mulai tahun 1671 hingga letusan terakhir pada tahun 1969.
Gunung Iya dipantau secara visual dan instrumental dari observatorium Gunung Iya di Nusa Tenggara Timur, Kabupaten Ende, Desa Paupanda, Tewejanga dan Jalan Ikan Paus.
Sifat eksplosif Gunung Iya biasanya terjadi dalam bentuk ledakan magma yang menghasilkan abu di kawah utama, letusan pijar, dan aliran lava yang menyertai keruntuhan di puncak.
“Retakan yang terbentuk di sekitar kawah aktif Gunung Iya, menunjukkan adanya area lemah di dalam gunung berapi tersebut. Retakan ini kemungkinan besar akan menyebabkan longsor besar-besaran ke arah laut jika terjadi letusan Gunung Iya di kemudian hari,” jelas Wafid.
(Rum/Mike)