Jakarta, CNN Indonesia —
Israel dikatakan sedang mempertimbangkan gencatan senjata dengan milisi Hizbullah Lebanon setelah menderita kerugian besar.
Sementara itu, Korea Utara kini memperketat keamanan setelah menerima ancaman pembunuhan terhadap Pemimpin Tertinggi Kim Jong Un.
Berikut petikan International Flash, Jumat (1/11, Kerugian Besar, Netanyahu Buka Opsi Akhiri Perang dengan Hizbullah).
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dilaporkan telah membuka kemungkinan gencatan senjata Israel dengan milisi Hizbullah Lebanon, karena mereka menderita kerugian besar.
Netanyahu dilaporkan bertemu dengan pejabat senior keamanan pada Selasa (29/10) untuk membahas kemungkinan mengakhiri perang di Lebanon.
Media Israel, Israel Hayom, melaporkan seorang pejabat mengatakan bahwa batas waktu untuk mengakhiri perang di Lebanon semakin dekat.
“Mungkin akan memakan waktu beberapa minggu,” kata pejabat itu.
Kim Jong Un menerima ancaman pembunuhan, yang segera diwaspadai oleh Korea Utara
Korea Utara memperketat keamanan di tengah kekhawatiran akan ancaman pembunuhan terhadap pemimpin tertinggi Kim Jong Un.
Korea Utara dikatakan menggunakan kendaraan pengacau komunikasi dan mencoba memperkenalkan pesawat tak berawak atau perangkat untuk mendeteksi drone.
Tingkat keamanan yang tinggi ini tercatat seiring dengan peningkatan aktivitas publik Kim sebanyak 110 kali lipat pada tahun 2024. Jumlah ini hampir 60 persen lebih tinggi dibandingkan tahun lalu.
Belakangan ini, di saat hubungan Korea Selatan dan Korea Utara sedang memanas, ada pula kemungkinan terjadinya upaya pembunuhan terhadap Kim.
Suara RI terbuka setelah kapal penjaga pantai China memasuki Natuna sebanyak 3 kali
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI buka suara setelah kapal penjaga pantai memasuki Laut Natuna sebanyak tiga kali dalam seminggu.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Roy Somirat menegaskan, posisi Indonesia terkait situasi di Laut Cina Selatan tidak berubah.
Sebenarnya terkait kejadian terakhir ini kami sedang dalam proses verifikasi lebih lanjut dan menyampaikan informasi yang paling benar, kata Roy saat jumpa pers di Gedung Palapa, Kamis (31/10).
Ia kemudian mengatakan, “Karena dinamika di lapangan memang melibatkan banyak pihak.”
(dan/DNA)