Jakarta, CNN Indonesia —
Rachmat Pambuddy menceritakan bagaimana Presiden Prabowo Subianto mengajaknya menjabat sebagai Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) di Kabinet Merah Putih periode 2024-2029.
Rahmat awalnya mengaku tak menyangka mendapat jabatan tersebut dan mendapat wawasan selama masa transisi dari mantan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/mantan Sekretaris Kabinet Bapinas Suhaso Monwarfa.
Menjelang akhir, dia dipanggil oleh Prabhu dan diminta untuk memilih posisi apa pun yang dia layak dapatkan sebagai kepala kementerian atau lembaga.
Namun yang menarik adalah suatu malam tanggal 6 Agustus, tiba-tiba saya mendapat telepon, dia (Prabhu) menelepon dan berkata: Parker Rahmat, kamu mau kemana? Pilih agensi atau pilih departemen? “” Pada Senin (21/10), Rahmat menerima serah terima jabatan (sartijab) di gedung Bapinas, Jakarta Pusat.
(Saya menjawab), ‘Pak, pekerjaan Anda sebelumnya apa?’ (Prabhu menjawab) “Saya sudah perintahkan anda untuk menggantikan Pak Suharso,” sambungnya.
Usai kejadian tersebut, Rahmat mengaku tak ingin bertatap muka langsung dengan Saharsu. Sebab, dia menyadari Bapanas punya sejarah panjang, termasuk di bawah kepemimpinan Suharso.
Menurutnya, Bapanas mempunyai catatan emas yang panjang sejak dinamai Dewan Desain Nasional (Deparnas) pada tahun 1952 yang dimulai oleh Presiden pertama RI Sukarno dan dipimpin oleh Pak Junda.
Rahmat mengatakan Barpinas tidak hanya mengisi sejarah emas Indonesia, tetapi juga memperpanjang sejarah emas dunia. Dikatakannya, sejarah emas tidak ditulis oleh Pak Jonda saja melainkan oleh setiap kepala dan pimpinan di Bapanas.
“Jujur saya kaget banget waktu Pak Prabhu bilang, tanggal 6 Agustus (10 Agustus) saya telepon lagi, ‘Pak Rachmat, jangan lupa bapak di Bapinas.’ Kenang Natsyastro langsung memerah,” kata Rahmat.
Pada saat yang sama, Vidujo Natesastro menjabat sebagai Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional pada tahun 1971 hingga 1973 dan Kepala Bapinas pada tahun 1973 hingga 1983. Rahmat mengatakan Viju itu seperti Tuhan.
Rahmat menambahkan: “Beliau adalah arsitek perjuangan Indonesia, perjuangan panjang ini tidak hanya membawa Indonesia sebagai bagian dari warna emas, pengentasan kemiskinan, pendidikan dan sumber daya manusia, tetapi juga merupakan catatan jangka panjang.
(penghapusan/frekuensi standar)