Jakarta, CNN Indonesia.
Banyak kepala negara yang tidak menghadiri pertemuan COP29 di Baku, Azerbaijan yang berlangsung pada 11-22 November 2024.
Di antara para kepala negara yang tidak hadir dalam pertemuan penting mengenai perubahan iklim adalah negara-negara dengan ekonomi terbesar dan penghasil emisi karbon terbesar.
Menurut BBC, Presiden AS Joe Biden, pemimpin Tiongkok Xi Jinping, dan Presiden Prancis Emmanuel Macron tidak hadir.
Ketidakhadiran Biden di COP29 merupakan ketidakhadirannya yang kedua dalam konferensi perubahan iklim. Delegasi AS akan dipimpin oleh John Podesta, penasihat senior presiden untuk kebijakan iklim internasional.
Sedangkan Macron tidak hadir karena acara tersebut diadakan di Azerbaijan. Hubungan kedua negara tegang sejak tahun lalu, ketika Paris mengutuk serangan militer Azerbaijan terhadap separatis Armenia di wilayah Karabakh yang memisahkan diri.
Belakangan juga diumumkan bahwa Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, Olaf Schulz dari Jerman, dan Narendra Modi dari India juga tidak hadir.
Selain itu, Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva, yang akan menjadi tuan rumah COP tahun depan, juga membatalkan perjalanannya ke Baku karena cedera kepala pada bulan lalu.
Menurut Euronews, Raja Charles tidak akan menghadiri pertemuan tersebut karena pemerintah Inggris telah memutuskan untuk tidak menunjuknya sebagai wakil karena dia sedang dalam masa pemulihan dari kanker.
Presiden Rusia Vladimir Putin juga tidak menghadiri konferensi iklim PBB. Delegasi Rusia pada COP29 akan dipimpin oleh Perdana Menteri Mikhail Mishustin.
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa dan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese juga dilaporkan tidak akan menghadiri konferensi iklim tahun ini.
Pada bulan Agustus, Perdana Menteri Papua Nugini James Marape mengumumkan bahwa negaranya tidak akan menghadiri COP29 untuk memprotes kegagalan negara-negara besar dalam memberikan “dukungan mendesak kepada para korban perubahan iklim.” Negara tersebut mengatakan bahwa mereka telah melakukan pekerjaan ini demi kepentingan semua negara kecil.
COP merupakan singkatan dari “Conference of the Parties”, dan dalam hal ini para pihak atau “para pihak” adalah negara-negara yang menyepakati perjanjian yang disebut UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change). Dokumen tersebut ditandatangani pada tahun 1992 oleh hampir 200 negara.
COP adalah badan pengambil keputusan dalam perjanjian tersebut dan perwakilan negara-negara tersebut bertemu setiap tahun untuk membahas cara terbaik mengatasi akar penyebab perubahan iklim.
Acara yang akan berlangsung hingga 22 November ini akan dihadiri oleh perwakilan pemerintah, swasta, dan lembaga swadaya masyarakat, dengan dihadiri ratusan delegasi. Presiden dan presiden negara perwakilan sering kali menghadiri pertemuan ini di awal untuk mendorong dukungan.
(sialan/dmi)