Jakarta, CNN Indonesia –
Sebanyak 71.000 perempuan Indonesia berusia 15 hingga 49 tahun tidak ingin atau tidak mempunyai anak. Temuan tersebut diambil dari laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023 bertajuk “Menelusuri Jejak Tidak Memiliki Anak di Indonesia”.
Dalam laporan ini, BPS menganalisis fenomena tidak mempunyai anak di Indonesia dari sisi ibu dengan menggunakan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS). Fokus penelitian ini adalah pada wanita berusia 15 sampai 49 tahun (usia subur), yang telah menikah namun belum pernah mempunyai anak dan tidak berencana untuk berkeluarga.
Hasilnya, ditemukan 8 persen atau sekitar 71.000 perempuan memilih untuk tidak memiliki anak.
Childless hanya mengacu pada individu atau pasangan dewasa yang memilih untuk tidak memiliki anak, baik secara biologis maupun melalui anak mereka sendiri. Hidup tanpa anak tidak berkaitan dengan kesuburan seseorang, melainkan murni soal pilihan.
“Banyak orang yang tidak memiliki anak merasa ada harga mahal yang harus dibayar dan banyak aspek sosial, ekonomi, bahkan psikologis yang harus dikorbankan dalam menjadi orang tua,” demikian bunyi laporan tersebut, dikutip Rabu (13/11).
Ditemukan juga bahwa prevalensi kekerasan terhadap anak telah meningkat selama empat tahun terakhir. Data SUSENAS mencatat prevalensi tidak memiliki anak pada tahun 2019 sebesar 7 persen.
Angka ini turun menjadi 6,3 persen pada tahun 2020. Prevalensi tanpa anak kemudian meningkat menjadi 6,5 persen pada tahun 2021 dan melonjak menjadi 8,2 persen pada tahun 2022.
“Mengingat persentase perempuan tanpa anak meningkat selama empat tahun terakhir, prevalensi perempuan yang tidak ingin memiliki anak kemungkinan besar akan meningkat di tahun-tahun mendatang,” kata laporan itu.
Berdasarkan data yang ada, persentase tanpa anak sebenarnya mengalami penurunan pada tahun 2020. Hal ini diyakini terjadi akibat pandemi Covid-19, di mana kebijakan bekerja dari rumah (WFH) disebut berdampak signifikan terhadap keputusan seseorang untuk memiliki anak.
Fenomena tidak mempunyai anak di Indonesia juga diperkirakan akan berdampak pada penurunan angka kelahiran atau angka kesuburan total (TFR). Sejak tahun 1971, hasil sensus penduduk menunjukkan TFR Indonesia terus mengalami penurunan.
“Dengan tren peningkatan yang ada, fenomena tidak memiliki anak memang memberikan kontribusi signifikan terhadap penurunan TFR di Indonesia,” lanjut laporan tersebut.
Tren penurunan TFR sendiri merupakan fenomena global yang terjadi hampir di semua negara. Semakin jauh Anda pergi ke sini, semakin sedikit anak yang lahir.
Tren penurunan TFR juga mengindikasikan banyak perempuan yang menunda atau memilih untuk tidak memiliki anak. (PLI/ASR)