Baku, CNN Indonesia —
Pemerintah mengaku sedang mencari lokasi pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Indonesia bagian barat dan wilayah lainnya.
Penggunaan senjata nuklir diusulkan DPR sebagai opsi energi baru dalam Rencana Induk Energi Nasional tahun lalu dan akan dilaksanakan oleh pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Berbicara di stadion COP29 di Baku, Azerbaijan, Wakil Khusus Presiden Bidang Perubahan Iklim Hashim Djojohadikusumo mengatakan pemerintah memutuskan untuk membangun dua jenis pembangkit listrik tenaga nuklir dengan kapasitas berbeda.
“PLN nanti bisa menjelaskannya, tapi di Indonesia bagian barat ada yang besar yang punya 1-2 gigawatt. Yang perlu Anda temukan adalah tempat teraman untuk menahan gempa. Ada tempat yang lebih baik untuk gempa bumi. “
Kedua, ada pembangkit listrik tenaga nuklir kecil yang disebut Small Modular Reactors (SMR). Ini akan melayani industri skala kecil yang bisa mengapung dan mengapung, ujarnya.
Penanaman Modal Asing.
Pasokan energi terbarukan masih belum mencukupi, namun seiring dengan meningkatnya kebutuhan energi dunia, tenaga nuklir menjadi pilihan yang semakin populer. Senjata nuklir dipandang sebagai pengganti gas alam, terutama sejak perang di Ukraina, yang menyebabkan pengurangan pasokan gas ke Eropa.
Tenaga nuklir sudah ditinggalkan di masa lalu karena energi terbarukan dianggap sebagai pilihan yang lebih ramah lingkungan.
Pemerintah berencana untuk memulai kembali pembangkit listrik tenaga nuklir seiring dengan pulihnya listrik tambahan. Usulan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir yang terhenti pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sedang dikaji.
Dalam Kebijakan Energi Nasional; Pihaknya berencana memulai pembangkit listrik tenaga nuklir pertama sebesar 250 MW pada tahun 2032, dan jika dilihat dari kapasitasnya, kapasitas tersebut termasuk dalam kategori Reaktor Modular.
Eniya Listiyani, Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM, mengatakan dipilihnya SMR sebagai proyek pertama mengingat banyaknya rencana yang dimiliki pemerintah sebelum menerapkan skema ini.
“Menurut pengalaman negara lain saat ini, pembangkit listrik tenaga nuklir besar [dengan kapasitas 1 GW ke atas] sedang dibangun dalam 7 hingga 10 tahun. Saat ini, Indonesia akan digunakan untuk pembangkit listrik tenaga nuklir pertama” dan diperkirakan bahwa masa konstruksi masih dalam tahap konstruksi. Sekitar 5 tahun lalu, kata EnIya kepada CNN Indonesia.
Laporan COP29 ini disiapkan oleh EJN dan Stanley Security Institute di Baku, Ditulis oleh Dewi Safitri dari Azerbaijan.
(dsf/dmi)