Jakarta, CNN Indonesia —
Tercatat, beberapa wilayah di Indonesia masih mengalami kekeringan dan meskipun La Nina sedang aktif, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih mungkin terjadi. Periksa prediksinya.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan hingga 1 November 2024, masih terjadi hari tidak hujan (HTH) atau disebut kekeringan parah di Kejayan dan Sanganom, Jawa Timur. Dua kabupaten tersebut sudah 149 hari tidak turun hujan.
Sedangkan citra satelit menunjukkan tujuh titik api di Nusa Tenggara Timur. Selain itu, beberapa daerah di Sumatera Utara, Riau, dan NTT juga diprediksi memiliki risiko tinggi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) berdasarkan parameter Indeks Kesesuaian Iklim bulan November tahun ini.
Dalam unggahan Instagramnya, BMKG juga mengeluarkan peringatan dini kekeringan meteorologi di beberapa wilayah Tanah Air pada paruh kedua November atau 11-20 November, dengan kategori peringatan di beberapa wilayah Sumsel dan kategori peringatan di beberapa wilayah. daerah. Wilayah Sulawesi Tengah dan Sumatera Selatan.
Selain itu, BMKG juga mencatat ada sejumlah wilayah yang berpotensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan dengan kategori bahaya tinggi. Daerah tersebut adalah: Padang Lawas, Padang Lawas Utara, Rokan Hilir, Rokan Hulu, Sumba Tengah, dan Sumba Timur.
“Saat ini baru 28 persen wilayah Indonesia yang memasuki musim hujan. Masyarakat harus mewaspadai akibat dari ancaman tersebut, terutama di wilayah yang memiliki potensi kekeringan dan kebakaran yang tinggi,” imbauan BMKG.
Potensi kekeringan di sejumlah daerah muncul seiring aktifnya fenomena iklim La Niña yang berpotensi meningkatkan curah hujan di Indonesia.
Namun, sejumlah wilayah mungkin akan mengalami lebih banyak kekeringan di masa depan.
Sebelumnya, Kepala BMKG Dwikarita Karnavati mengatakan hingga akhir Oktober, pemantauan suhu permukaan laut di Samudera Pasifik menunjukkan berlanjutnya tren pendinginan, indeks El Niño Southern Oscillation (ENSO) melampaui ambang batas La Niña yaitu – 0,59. .
“[Ini] menunjukkan bahwa gangguan iklim La Niña yang lemah telah menjadi aktif. Sedangkan pemantauan IOD [Indian Ocean Dipole] di Samudera Hindia menunjukkan kondisi IOD negatif dengan indeks bulanan -0,74,” jelas Dwikarita saat konferensi pers Climate Outlook 2025 yang ditayangkan secara online di kanal YouTube BMKG, Senin (11/ 04).
Sejumlah bencana bisa terjadi saat fenomena La Nina. Pada dasarnya bencana-bencana tersebut erat kaitannya dengan hidrometeorologi.
Dengan meningkatnya curah hujan pada La Niña, potensi bencana yang mungkin terjadi adalah banjir, banjir, tanah longsor, angin kencang, angin puting beliung, bahkan badai tropis.
(perintah/dmi)