Jakarta, CNN Indonesia —
Unilever akan melakukan perubahan besar terhadap bisnisnya di Indonesia sebagai dampak dari boikot anti-Israel yang juga menyasar produk-produknya.
CEO Unilever, Hein Schumacher, mengakui sudah lama ada permasalahan di unitnya di Indonesia. Tercatat pendapatan Unilever Indonesia turun 18 persen pada kuartal III 2024.
“Unilever melakukan investasi di Indonesia pada kuartal ketiga dan keempat dan tidak akan memproduksi produk pada kuartal berikutnya,” ujarnya, dilansir Reuters, Kamis (24/10).
Sementara itu, Chief Financial Officer Unilever Fernando Fernandez mengatakan pertumbuhan penjualan kuartal keempat di Asia Tenggara terhambat oleh pembeli di Indonesia yang memboikot produk merek tersebut sebagai respons terhadap situasi geopolitik di Timur Tengah.
Fernandez mengatakan perusahaannya akan berusaha menjadikan merek tersebut “lebih kontemporer” karena “perubahan sosial besar” yang telah terjadi. Ia berharap ada perbaikan dalam enam bulan ke depan.
Dia menambahkan, peninjauan sistem distribusi sedang dilakukan untuk menstabilkan harga dan upaya kelompok tersebut telah membuahkan hasil.
“Kami telah memulihkan sebagian kerugian kami karena reaksi konsumen terhadap situasi geopolitik di Timur Tengah, kami telah memulihkan seperempat kerugian kami,” ujarnya.
Unilever menjadi salah satu sasaran empuk boikot produk pro-Israel di tengah serangan Zionis terhadap Palestina. Merek global ini menjadi salah satu sasaran dari rangkaian gerakan Boikot, Divestasi, Sanksi (BDS) yang sedang bergema di seluruh dunia.
Perjuangan Unilever menjadi sasaran ketika salah satu perusahaannya, Ben & Jerry’s, memutuskan untuk berhenti menjual es krim di Tepi Barat, Palestina, selama pendudukan Israel pada tahun 2021. Sayangnya, rencana Ben & Jerry’s untuk menghormati Palestina ditentang oleh para pemimpin Unilever.
Saat itu, CEO Unilever Alan Jope juga mengatakan Ben & Jerry’s sedang menjajaki kemitraan baru dengan Israel. Ucapan Jope pun menuai kontroversi.
(tanggal lima belas/Agustus)