Jakarta, CNN Indonesia —
Baby Hippo “Moo Den” hadir pada Conference of the Parties (COP) 29 di Baku, Azerbaijan. Kemunculannya pun menjadi topik hangat para peserta konferensi iklim tahunan.
Paviliun Thailand menampilkan kuda nil mini bernama Moo Dan, yang menjadi sensasi media sosial setelah videonya menjadi viral. Namun, Moo Dan di COP29 adalah replika sintetis skala penuh, namun cukup ringan untuk dibawa dengan mudah.
Peserta COP29 antre untuk berfoto dengan Hemo Asphalt Hippo palsu ini.
“Itu ide bos kami. Mu Deng didatangkan karena dia terkenal di seluruh dunia. Dia juga merupakan hewan yang beradaptasi dengan sangat baik terhadap perubahan suhu dan iklim, jadi krisis iklim ini adalah simbol yang cocok untuk tema tersebut. Institut Perubahan Iklim Thailand, Direktur Lingkungan Hidup Rosalind Amornpitakpun berkata.
Peserta COP29 dari berbagai negara berfoto bersama kuda nil lucu ini.
Mark Smith, yang datang bersama dua orang temannya, berkata: “Saya pikir itulah sebabnya kami mencintai Mu Deng. Dia adalah hewan yang cantik dan kami semua mencintai hewan dan ingin menunjukkan dukungan kami terhadap hewan liar seperti Mu Deng.”
Thai Pavilion juga menyewa seorang fotografer dan menyediakan cetakan untuk para penggemar Mu Deng. Ratusan foto telah diterbitkan, beberapa di antaranya belum diambil.
Meski dikenal dari pinggiran Bangkok, makhluk kecil seperti Mu Deng berasal dari Afrika. Kuda nil terkecil di dunia telah dinyatakan terancam punah oleh Daftar Merah Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN).
Pada tahun 2015, kurang dari 2.500 orang dewasa tinggal di Liberia, Pantai Gading, Guinea dan Sierra Leone.
Konferensi Para Pihak Perubahan Iklim (COPC) adalah acara tahunan besar yang mempertemukan peserta dari seluruh dunia. Panitia memperkirakan sekitar 65.000 orang akan berkumpul pada konferensi tahun ini di Baku, Azerbaijan, pada 11 hingga 22 November 2024.
Dengan ratusan negara peserta dan ratusan perusahaan serta organisasi non-pemerintah, peserta COP29 saling bersaing untuk merebut perhatian peserta dengan berbagai cara. Selain menyelenggarakan pertemuan, pembicaraan, diskusi, dan konferensi pers, beberapa negara juga mengambil inisiatif inovatif untuk membuat paviliun mereka lebih menarik bagi para peserta.
(dsf/dmi)