Jakarta, CNN Indonesia –
Presiden Prabowo Subianto tetap menghadiri pertemuan terkait korban ledakan Gunung Lewotobi di Flores, NTT pada Selasa (12/11) WIB. Hal itu dilakukannya di sela-sela kunjungan kenegaraan ke Washington DC, Amerika Serikat.
Pertemuan itu dihadiri Prabowo melalui video conference bersama jajaran menteri Merah Putih. Ia meminta adanya pengembangan dalam penanganan bencana letusan tersebut.
“Saya ingin diberikan update situasi bencana di Oke Lewotobi Laki Laki di Flores Timur, NTT. Mohon updatenya ya,” kata Prabowo saat ditemui seperti dilansir dari siaran pers. Kantor Media dan Informasi Perdana Menteri, Rabu (12/11).
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto menjawab, tim gabungan antara lain BNPB, Kementerian Sosial, TNI, Polri, dan pemerintah daerah sudah berkumpul untuk menangani masalah ini.
Mereka telah melakukan kombinasi tindakan penyelamatan dan evakuasi sejak insiden pertama yang terjadi pada dini hari tanggal 3 November.
“Lebih dari 13 ribu warga telah meninggalkan tempat aman untuk menghindari dampak erupsi. Tadi pagi kami menggelar rapat gabungan yang dipimpin oleh Wapres dan sejak erupsi 3 pagi lalu, BNPB, Kementerian Sosial, TNI, Polri, Daerah Pemerintah juga “segera menyelamatkan dan mengevakuasi warga,” jelas Suharyanto.
Terkait korban, Suharyanto juga mengungkapkan, pemerintah akan memberikan uang rumah tangga kepada warga yang rumahnya rusak parah akibat letusan Gunung Lewotobi Laki, Nusa Tenggara Timur.
Tunjangan perumahan diberikan sebesar Rp500.000 per bulan untuk setiap kepala rumah tangga (KK) selama enam bulan. Jadi totalnya setiap keluarga menerima Rp3.000.000.
Pemberian dana pemeliharaan perumahan didasarkan pada asumsi bahwa dalam waktu enam bulan, seluruh perbaikan atau perumahan baru akan selesai. Suharyanto mengatakan, BNPB telah memberikan indikasi kepada pemerintah bahwa ada 2.700 perusahaan perumahan yang perlu direlokasi.
Sementara itu, Menteri Perumahan dan Pembangunan Perkotaan Maruarar Sirait memberikan dana sebesar Rp 60 juta untuk memperbaiki bangunan yang rusak.
Ara menjelaskan, anggarannya berasal dari APBN, APBD, dan swasta, “Tapi kalau kurang, harus ditambah,” ujarnya. (anggota)