Jakarta, CNN Indonesia —
Kepala Badan Penggerak Pengentasan Kemiskinan, Budiman Sudjatmiko, mengakui jumlah penduduk miskin Indonesia akan melebihi 25 juta jiwa jika menggunakan standar negara maju.
Ia mengatakan, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah penduduk miskin di Indonesia saat ini hanya berjumlah 25 juta jiwa. Namun, Budiman menegaskan hal tersebut disebabkan oleh perbedaan standar buruk yang digunakan Indonesia.
“Padahal kalau kita mau melihat angkanya secara cermat dan realistis, kita harus menggunakan standar yang dipakai negara-negara maju. Kalau kita pakai standar negara-negara maju, sebenarnya angka kemiskinannya (25 juta (lebih) bagaimana bisa jadilah,” tulis Budiman di ruang redaksi CNN Indonesia, Selasa (29/10).
Tantangan pertama, kita harus memperkuat dulu definisi kemiskinan di bawah Pak Prabowo (Presiden Prabowo Subiano). Pak Prabowo akan mengumumkan kemiskinan (standar kemiskinan) yang baru, tegasnya.
Presiden Prabowo diklaim berpesan kepada Budiman CS agar tidak cepat puas dengan angka yang ada saat ini. Selain itu, statistik saat ini menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan kemiskinan secara drastis di negara ini.
Budhiman juga tidak menutup mata terhadap bahaya munculnya masyarakat miskin baru. Hal ini terjadi akibat adanya kerentanan dan berbagai permasalahan, mulai dari bencana, disrupsi teknologi, hingga perubahan struktur manajemen di perusahaan.
Oleh karena itu, Kepala Badan PPK Budiman menegaskan akan segera melakukan safari ke kementerian/lembaga (K/L) dan lembaga terkait. Hal ini dilakukan agar Kabinet Merah Putih mempunyai suara mengenai definisi dan kriteria kemiskinan serta solusi untuk mengentaskannya.
“Data yang tersebar di banyak kementerian/lembaga harus dikonsolidasikan. Saya ada agenda bertemu dengan beberapa kementerian atau lembaga yang menyimpan data kemiskinan untuk menyatukan (mendefinisikan) apa itu kemiskinan dan apa solusinya,” jelasnya.
Ia menegaskan, kuncinya adalah keselamatan dan pemberdayaan. Meski berbeda, Budiman mengatakan keduanya merupakan satu kesatuan.
Sebaliknya, Budiman menolak menerima ucapan selamat dari Presiden Prabowo atas amanah yang diberikan. Ia sangat mengharapkan doa yang lebih banyak agar bisa mengabdi hingga tahun 2029 dan mengentaskan kemiskinan di Tanah Air.
“Selamat terlalu dini, kalau nanti saya dipercaya memimpin lembaga ini sampai tahun 2029 dan angka kemiskinan jauh berkurang, mungkin bapak bisa mengucapkan selamat kepada saya. Lebih baik doakan dan dukung sekarang,” pinta Budiman.
(skt/pta)