Jakarta, CNN Indonesia —
Seorang kapten kapal penangkap ikan Taiwan yang ditahan di Tiongkok selama lebih dari empat bulan telah dibebaskan setelah membayar denda.
Menurut AFP, kapal Da Jin Man 88 membawa lima awak kapal ketika ditangkap oleh penjaga pantai Tiongkok di perairan dekat Kepulauan Kinmen Taiwan pada 2 Juli karena melanggar larangan musim penangkapan ikan.
Kepulauan Kinmen dikelola oleh Taiwan, namun hanya berjarak beberapa kilometer dari daratan Tiongkok.
Empat awak kapal dibebaskan pada Agustus lalu, sedangkan kapal dan kaptennya dibebaskan pada Jumat (15/11).
Penjaga pantai Taiwan mengawal kapal tersebut ke Penghu, pelabuhan tempat kapal itu didaftarkan, dan kapal tersebut tiba pada tengah malam (16:00 GMT), kata seorang pejabat penjaga pantai Taiwan.
Dalam sebuah pernyataan Jumat malam, penjaga pantai Taiwan mengatakan kapal tersebut meninggalkan kota Guangzhou di Tiongkok pada pukul 14.00. pada hari Jumat setelah selesainya proses hukuman.
Pejabat tersebut tidak memberikan rincian mengenai denda tersebut, namun media Taiwan melaporkan bahwa dua politisi di Penggu membantu mengatur pembayaran sebesar 210.000 yuan (US$29.000).
Kantor Urusan Taiwan-Tiongkok mengonfirmasi dalam sebuah pernyataan bahwa sutradara tersebut didenda dan dibebaskan.
Tiongkok mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan terus menggunakan tindakan koersif untuk menguasai pulau tersebut.
Beijing juga menggunakan pasukan angkatan laut dan pesawat tempur di pulau itu hampir setiap hari untuk menegaskan kendali atas Taiwan.
Kapal penjaga pantai Tiongkok terlihat di dekat kepulauan Taiwan, terkadang memasuki perairan terlarang.
Serangkaian insiden yang melibatkan kapal dari kedua belah pihak memicu ketegangan di sepanjang garis yang memisahkan Taiwan dari Tiongkok.
Pada bulan Februari, terbaliknya kapal penangkap ikan Tiongkok saat dikejar oleh penjaga pantai Taiwan semakin memperburuk hubungan kedua negara.
Taiwan menegaskan penjaga pantainya mengikuti prosedur hukum setelah sebuah kapal Tiongkok memasuki perairan terlarang, namun Beijing menuduh mereka berusaha menghindari tanggung jawab dan menutupi kebenaran. (AFP/vws)