Jakarta, CNN Indonesia –
Rusia dan Ukraina saling melancarkan serangan drone besar-besaran pada Minggu malam (11 Oktober) waktu setempat.
Menurut Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Rusia melancarkan 145 serangan drone di ibu kota Kiev.
“Tadi malam, Rusia menembakkan 145 Shahed dan drone penyerang lainnya ke Ukraina,” kata Zelensky, menurut AFP.
Sementara itu, Ukraina menyatakan telah melancarkan 62 serangan drone ke ibu kota Rusia, Moskow.
Di Moskow, pejabat setempat mengatakan drone tersebut jatuh di distrik Ramenskoe, Kolomna, dan Domodedovo.
Namun, Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan berhasil menembak jatuh hingga 70 drone yang ditembakkan Kiev ke Moskow.
Dari jumlah tersebut, 34 berhasil dijatuhkan di wilayah Bryansk, Orlov, Kaluga, Tula dan Kursk.
Para pejabat Rusia melaporkan bahwa serangan pesawat tak berawak Ukraina telah menewaskan seorang wanita paruh baya berusia 52 tahun.
Serangan tersebut juga dilaporkan membakar dua rumah di desa Stanovoye dan memaksa tiga bandara di Moskow untuk menghentikan sementara operasinya.
Moskow dan Kiev sendiri sering menjadi sasaran serangan Rusia dan Ukraina seiring meningkatnya ketegangan antara keduanya.
Namun, seperti diberitakan Al Jazeera, Kiev lebih sering menjadi sasaran serangan pasukan Rusia. Mereka dikatakan sering melancarkan serangan rudal dan drone ke ibu kota Ukraina.
Saling serang antara Rusia dan Ukraina pada Minggu malam lalu merupakan saling serang terbesar sejak konflik kedua negara pecah pada Februari 2022.
Serangan ini menjadi pertanda ketegangan konflik antara Rusia dan Ukraina kini semakin meningkat.
Peristiwa saling serang ini juga terjadi dalam rangka kemenangan Donald Trump pada Pilpres AS 2024.
Juru bicara Istana Kremlin mengatakan kemenangan Trump dalam pemilihan presiden AS merupakan “sinyal positif” bagi konflik Rusia-Ukraina. Pasalnya, dalam setiap kampanye pemilu, pria berusia 78 tahun itu kerap berjanji akan menyelesaikan konflik dalam waktu singkat.
Moskow saat ini menunggu Trump untuk memenuhi janji tersebut.
“Trump berbicara selama kampanyenya tentang bagaimana dia melihat segalanya melalui sebuah perjanjian sehingga dia bisa membuat kesepakatan yang bisa mengarah pada perdamaian.”
“Setidaknya dia berbicara tentang perdamaian dan bukan tentang konfrontasi. Dia tidak berbicara tentang menghancurkan Rusia secara strategis – itulah yang membedakannya dari pemerintahan saat ini,” tambah Peskov. (Gas/Bac)