Denpasar, CNN Indonesia —
Menteri Kesehatan (Manx) Bodi Gunadi Sadekan menjelaskan inovasi penggunaan metode PCR dan USG untuk diagnosis cepat TBC atau TBC.
“Inovasi itu surveilans, dulu ada monopoli alat skrining. Anak kecil kalau batuk,” kata Menteri Kesehatan Bodi dalam pertemuan tingkat tinggi inovasi TBC di Nusa Dua, Kabupaten Budong, Bali, Senin (11/11).
Ia mengatakan, deteksi TBC menggunakan PCR saat ini sedang diuji di wilayah Jawa Barat untuk mengetahui keakuratan diagnosis TBC.
“Sekarang kita uji teknologi PCR di Jabar, kita usap saja, tapi bukan di hidung, tapi di lidah, tenggorokan. Kita usap dan uji PCR, ini inovasi yang sedang diuji di Jabar. ” Dia menambahkan.
Lalu selain PCR, ada teknologi baru yang memanfaatkan USG untuk mendeteksi TBC dengan bantuan teknologi kecerdasan buatan (AI).
“Juga kita sedang menguji teknologi baru USG. USG bisa melihat bayi, mendeteksi kanker payudara sejak dini, bisa melihat batu ginjal. Ternyata buatan Dengan kecerdasan bisa mengenali pneumonia atau TBC,” ujarnya.
“Ini juga inovasi yang sedang kita uji. Dimulai dari beberapa peneliti di luar negeri. Sekarang kita uji lagi karena USG kita sudah banyak,” lanjut TB Control.
Selain itu, Menteri Kesehatan Bodi mengakui skrining pasien TBC di Indonesia masih rendah, dan Indonesia mampu melakukan proses skrining terhadap 400 ribu pasien selama Covid-19 saja.
Ia mengatakan permintaan screening akan mencapai 700 ribu pada tahun 2022 dan hanya 800 ribu pada tahun 2023.
“Saya rasa kita belum berbuat cukup banyak untuk mengakhiri TBC dan menjadikannya hanya sekedar slogan. Kita punya 20 atau 30 rencana aksi untuk mengakhiri TBC,” katanya.
Cita-cita Bodhisattva adalah Indonesia mampu mengendalikan 900.000 hingga 1 juta pasien pada tahun 2025. Pemerintah telah menyiapkan dana sekitar Rp8 triliun untuk memberantas TBC di Indonesia.
Ia mengatakan dana tersebut untuk pengembangan tes laboratorium, pengembangan alat tes murah, pengembangan vaksin untuk orang dewasa dan sistem pengobatan yang lebih cepat.
Pihaknya juga optimistis target skrining satu juta pasien bisa tercapai. Pasalnya, Indonesia telah mendistribusikan 2.000 mesin rapid tes molekuler (TCM) dan 36 mesin X-ray portabel untuk mendeteksi TBC di 514 kota.
“Target saya dua dolar AS per tes (untuk mendeteksi TBC) karena tahun depan bisa mencapai 1 juta,” ujarnya. (kdf/anak)