Jakarta, CNN Indonesia —
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengaku menyetujui serangan teroris mematikan terhadap ponsel dan peralatan komunikasi lainnya di Lebanon September lalu.
Terorisme menargetkan peralatan komunikasi anggota Hizbullah, namun juga menargetkan warga sipil lainnya. Sebanyak 42 orang, termasuk anak-anak, tewas dan lebih dari 3.000 lainnya terluka dalam teror yang terjadi di banyak wilayah Lebanon.
“Netanyahu mengkonfirmasi pada hari Minggu bahwa dia memberikan lampu hijau untuk pengoperasian perangkat tersebut di Lebanon,” kata juru bicara Netanyahu, Omer Dostri, kepada AFP, Minggu (10/11).
Ini adalah pertama kalinya Israel mengidentifikasi dengan jelas dalang teror di Lebanon. Selain itu, Netanyahu juga menyebut dirinyalah yang memberi lampu hijau atas penyerangan tersebut.
Saat ini, Lebanon dan Hizbullah menuduh Israel meretas ribuan perangkat komunikasi tersebut di Lebanon.
Kepanikan akibat meledaknya pager dan alat komunikasi lainnya berlangsung selama dua hari berturut-turut di supermarket, di jalan, di rumah sakit, dan kuburan.
Teror ini juga menjadi awal dari berlanjutnya agresi militer Israel di Lebanon hingga Tel Aviv juga membunuh pemimpin utama Hizbullah, Hassan Nasrallah, dalam serangan udara di ibu kota Beirut.
Israel dan Hizbullah telah berperang sejak agresi brutal Tel Aviv terhadap Jalur Gaza Palestina pada Oktober 2023 dengan dalih memerangi Hamas.
Hizbullah adalah bagian dari kelompok milisi Front Perlawanan pro-Iran bersama dengan Hamas dan milisi Timur Tengah lainnya. (rds/rds)